Sunday, February 18, 2007

Traning Nikmat

Marketing menurutku bersaudara dengan rayu merayu customer, yah si cewek
tadi juga bisa tergolong customer. Anyway, Anne adalah orang kesekian yang
masuk perangkap ilmu marketing versi 02 (versi 01 adalah customer
beneran). Anne gadis berkulit putih berusia 23 tahun, lulusan universitas
ternama, tinggi 167, berat 50, (buset, kapan gue ngukurnya ya). Ukuran bra
gak hapal, karena sebetulnya aku lebih terkonsentrasi dengan yang di balik
bra itu. Mojang Bandung ini kukenal dalam sebuah training di Puncak,
Bogor. Dia dari sebuah perusahaan Periklanan di seputaran Sudirman Jakarta
dan aku dari perusahaan konsultan Manajemen di sekitar Casablanca, juga di
Jakarta. "Hai Anne, tadi kulihat kamu ngantuk ya?" kataku ketika rehat
kopi sore itu di sebuah training yang kuikuti. "Iya nih, gue ngejar
deadline 2 hari dan boss langsung nyuruh ke training ini" katanya. "Kemari
dengan siapa?" kataku menyelidik "Sendiri.., napa, elo diantar ama bini
ya?" Buset dah ketahuan nih gue udah punya bini. "Ah, enggak, gue sama
Andre.. tuh.." kataku sambil menunjuk Andre yang sedang asyik ngobrol
dengan peserta lain. "Lo sendiri kok gak ngantuk sih?" "Gimana bisa
ngantuk sebelah gue ada cewe cakep, hehehe.." "Ah, masa? Siapa?" Ye, pura
pura dia, pikirku. "Itu tuh, yang tadi ngantuk.." "Ah, sialan lo.." sambil
tangannya mencubit lenganku.

Usai sesi yang melelahkan sore itu, kami kembali ke kamar masing masing.
Aku antar dia sampai pintu kamarnya dan janjian ngobrol lagi sambil makan
malam. "Hmm..elo kok nggak bawa jaket An?" kataku ketika dia kulihat agak
meringkuk kedinginan di meja makan. "Iya nih, buru buru.. kelupaan" "Aku
masih punya satu di kamar, biar aku ambilkan" "Oh, gak usah John.. toh
cuma sebentar.." Tapi aku keburu pergi dan mengambilkan baju hangatku
untuknya. "Thanks, John.. elo emang temen yang baik" katanya sambil
mengenakan sweater. Aku membayangkan seandainya aku jadi sweater,
heheheh.. Usai makan nampaknya dia buru buru ingin masuk ke kamar. Anne
tidak menolak ketika aku menawarkan mengantarkannya. Di depan pintu kamar
dia malah menawarkan aku masuk, pengen ngobrol katanya. Alamak, pucuk
dicinta ulam tiba. Aku pura pura lihat jam.

Masih jam besar 20.15. "Lain kali aja deh, gak enak kan ntar apa kata
teman teman" kataku agak nervous tapi dalam hati aku berdoa, mudah mudahan
dia tidak basa basi. "Cuek aja John, kita kan ada tugas bikin outline.."
Memang kebetulan aku dan Anne satu group dengan 3 orang lainnya, tetapi
tugas itu sebetulnya bisa dikerjakan besok siang. Akhirnya aku masuk,
duduk di kursi. Anne menyetel TV lalu naik ke ranjang dan dengan santai
duduk bersila. "Gimana An, kamu udah punya gambaran tentang tugas besok?"
kataku basa basi. "Belum tuh, males ah ngomongin tugas, mending ngobrol
yang lain saja" Horee.. aku bersorak, pasti dia mau curhat nih. Bener
juga. "John, gue jadi inget cowok gue yang perhatian kayak elo..sama bini
elo juga begitu ya?" "Yah, Anne.. biasa sajalah, sama siapa siapa juga
orang marketing harus baik dong, apa lagi sama cewe kayak elo.. hehehe.."
"Tapi gue akhirnya mengerti kalau cowo perhatian itu gak hanya punya satu
cewe, tul gak sih?" "Tergantung dong An, buktinya gue punya bini satu,
hahaha.." "Tapi kayaknya elo juga punya cewe lain.. ya kan?" "Kok tau
sih?" kataku pelan. Aku jadi ingat Vina mahasiswi yang minta bantuanku
menyelesaikan skripsinya dan akhirnya bisa tidur dengannya. Tapi sungguh,
aku tidak merusaknya karena aku mengenalnya dengan cara baik baik dan dia
tetap virgin sampai akhirnya menikah. "Stereotip saja, berbanding lurus
dengan keramahan dan perhatiannya" katanya lagi dengan senyum yang genit.
"Kenapa emang An, elo lagi ada masalah dengan cowo lo yang ramah itu?"
"Justru itu John, gue lagi mikir mau putus sama dia. Eh, sori kok malah
curhat.." "Santai aja An, setiap orang punya masalah dan banyak cara
menghadapinya" kataku seolah psikolog kawakan. "Gue melihat dia jalan ama
temen gue, dan kepergok di kosan temen gue itu" "Trus?" "Gue gak bisa
maafin dia.." "Ya, sudah mungkin kamu masih emosi saja, santai saja dulu
masih banyak pekerjaan. Toh kalau jodoh dia pasti pulang ke pangkuanmu.."
kataku. "Kadang gue pengen balas aja, selingkuh sama yang lain, biar
impas.." "Hmm.. tapi itu kan gak menyelesaikan?" "Biar puas aja.." Tiba
tiba dia menangis. Wah gawat nih, pikirku. Aku mendekat dan berusaha
membujuknya. Lalu entah bagaimana ceritanya aku sudah memeluknya. "An,
jangan nangis, entar orang orang pada dengar" Bukannya mereda, tangisnya
malah makin keras. Kudekap dia sehingga tangisnya teredam di dadaku.
Jantungku berdebar tak karuan. Telunjukku menyeka air matanya. Kupandangi
wajahnya. Bodoh amat nih cowoknya, cewe cakep begini kok disia siakan
pikirku. Dan tanpa sadar aku mencium pipinya, dia melihatku dengan mata
sayu lalu tiba tiba Anne membalas dengan kecupan di bibir. Wah, seperti
keinginan gue nih, pikirku dalam hati. Dan seperti kehilangan kontrol
akupun membalas menghisap bibir mungil yang harum dan merekah itu. Anne
membalas tidak kalah hotnya. Napasnya terengah engah tanda napsunya mulai
naik. Dengan lembut kutidurkan dia. Dan dengan lembut pula tanpa kata
kata, dari balik sweater aku sentuh kedua bukit kembar menantang itu. Anne
mendesis desis. "Terus John, perhatian elo bikin gue jadi wanita.."
"Tenang sayang, wanita seperti kamu memang pantas diperhatikan.. hmm?"
Seperti minta persetujuannya, perlahan aku angkat sweater dan tshirtnya.
Sekarang kedua bukit kembarnya terbuka. Buset dah, putingnya sudah
menonjol keras dan tak ada waktu lagi untuk tidak menyedotnya. Aku memang
paling hobby menetek dan menghisap benda terindah di dunia ini. Anne terus
mendesis desis.

Tangannya juga sudah menggenggam senjataku yang mulai mengeras. "Uh..
ahh.. uh.." "Anne.. tubuhmu indah sekali.." Kataku memuji seperti halnya
memberi pujian kepada customer perusahaanku. "Ayo, John.. jangan dilihat
saja, aku rela kamu apakah saja.." "Iya, sayang.." kataku, sambil tanganku
merogoh bagian depan celana jinnya. Tangannya membantu membuka retsileting
dan dengan cepat Anne sudah terlihat dengan CD warna kremnya. Hmm, seksi
sekali anak ini, pikirku. Hmm..dari balik CD-nya terlihat bulu bulu halus
dan hitam legam. Uh, aku sudah tidak sabar lagi namun dengan tenang aku
mengelusnya dari luar. Anne menggelijang, matanya terlihat saya menahan
gejolak. Perlahan kuturunkan CD-nya. Uh, sodara sodara, tercium aroma yang
sangat kukenal, dia pasti merawat benda yang paling dicari semua laki laki
ini dengan baik. "Anne.. boleh aku cium?" bisikku pelan. Anne mengangguk
lemah dan tersenyum. Perlahan Anne merenggangkan kedua kakinya. Pasrah.
Dengan kedua jariku, kubuka vaginanya dan terlihat klitorisnya yang merah
merekah. Basah. Sungguh indah dan harum. Kujulurkan lidahku di sekitar
pahanya sebelum mencapai klitorisnya. Anne mendesis desis dan mulai
meracau dan terlihat seksi sekali. "Ayo, John.. jangan buat gue tersiksa..
terus ke tengah sayang.." Aku malah menjilat bagian pusernya membuat dia
uringan uringan dan makin bernafsu. Bermain sex memang perlu teknik dan
kesabaran tinggi yang membuat wanita merasa di awang awang. "Johnn.. gila
lo, ke bawah sayang.. please.." "Hmm.. iya nih, gue emang udah gila
melihat memek yang indah ini sayang" kataku terengah engah. Akhirnya
lidahku hinggap di labia mayoranya. Kusibak dengan lembut rimbunan hutan
yang sudah becek itu. Kuhurip cairan yang meleleh di sela selanya.
Kelentitnya kuhisap seperti menghisap permen karet. Akibatnya pantatnya
terangkat tinggi dan Anne menjerit nikmat. Lidahku terus merojok sampai ke
dalam dalamnya. Kuangkat pantatnya dan kupandangi, lalu kusedot lagi. Anne
berteriak teriak nikmat.

Aku jadi kuatir kalau suaranya sampai keluar. Kupindahkan bibirku ke
bibirnya. "Tenang sayang, perang baru dimulai.." Kataku berbisik. Ia
mengangguk dan perlahan aku putar posisi menjadi 69. Posisi yang paling
aku sukai karena dengan demikian seluruh isi memeknya terlihat indah.
Batangku juga sudah terbenam di bibirnya yang mungil dan terasa hangat
serta nikmat sekali. Kutahan agar aku tidak meletus duluan. "Punya kamu
enak John.." Pujinya layaknya memuji Customer. "Iya, sayang punya kamu
lebih enak dan baguss sekali.." kataku terengah engah. "Uh, becek
sayang.." Aku lanjutkan menjilat seluruh permukaan memeknya dari bawah.
Uh, benar pemirsa, siapa tahan melihat barang bagus dan cantik ini. Yang
luar biasa, aku yakin dia masih perawan. Bentuk kemaluannya menggelembung
dan benar benar seperti belum pernah tersentuh benda tumpul lain. "Anne..
kamu masih perawan sayang.." "Iya, John.. gue belum pernah.." "Iya, kamu
harus jaga sampai kamu menikah.." "Gue gak tahan John, cepetan sayang.."
Sungguh, meski banyak kesempatan aku belum pernah berpikir memerawani
cewek baik seperti Anne ini, kecuali istriku. Wanita yang kutahu sedang
stress dan sedang mencari pelarian sesaat ini harus ditenangkan. Akan
buruk akibatnya ketika dia sadar bahwa keperawanannya diberikan kepada
orang lain yang bukan suaminya. Aku percaya jika sudah mencapai orgasme
dia justru akan berterima kasih dan menginginkannya lagi. Kembali
kujelajahi kemaluannya. Cepat cepat aku jilat berulang ulang klitorisnya.
Dan sodara pemirsa, apa kataku, pantatnya tiba tiba menekan keras wajahku
dan mengejang beberapa kali..lalu mengendur. "Uuhh.. gue nyampe Johnn..
aahh.. uhh.. uhh.." Masih dalam posisi 69, Anne terdiam sesaat, kulihat
kemaluannya masih merekah merah. Perlahan ia mulai bangkit dan mngecup
bibirku. "Sorry sayang, gue duluan.." "No problem Anne.. kamu merasa
mendingan?" Ia mengangguk, memelukku dan mencium bibirku. "Terima kasih
John, elo emang hebat.." "Iya nih, Ann, gue minta maaf jadi telanjur
begini.." "Gak Papa kok, gue juga senang.." Kami mengobrol sebentar namun
tangannya masih menyentuh nyentuh batangku.

Ia mengambilkanku minuman dan menyorongkan gelas ke bibirku. Ketika
tegukan terakhir habis, bibirku perlahan mengulum bibirnya. Putingnya
mulai mengeras dan aku mulai aksi sedot menyedot seperti bayi. Anne
kembali menggelijang. Aku bisikkan perlahan, "Anne.. gue pengen
menggendong kamu sayang". "Hmm..mulai nakal ya.." katanya dan merentangkan
tangannya. Aku peluk dan angkat dia lalu kusenderkan ke dinding dekat meja
rias. Dari balik cermin kulihat pantatnya yang montok dan mulus itu,
membuat gairahku meledak ledak. Dengan posisi berdiri, tubuhnya sungguh
seksi. Aku perhatikan dari atas ke bawah, sungguh proporsional tubuhnya.
Segera kusedot putingnya dan jariku sebelah kiri segera mengelus rimbunan
hutan lebatnya. Basah, hmm..dia mulai naik lagi. Klentitnya kupilin pilin
pelan dan Anne mendesis seperti ular. Making love sambil berdiri adalah
posisi favoritku selain 69.

Perlahan sebelah kakinya kuangkat ke kursi pendek meja rias dan
terlihatlah belahan memeknya yang merah merekah, indah dan seksi sekali
Kuturunkan kepalaku dan segera kutelusuri paha bawahnya dengan lidahku.
Dari bawah aku lihat wajahnya mendongak ke atas menahankan nikmat. Sungguh
saat itu Anne kelihatan sangat seksi. Sebelum lidahku mencapai
kelentitnya, aku sibakkan labia mayoranya dengan kedua Ibu jari. Hmm..
sungguh harum. "Cepat John.. gue udah gak tahan.. jilat sayang.. jilat.."
Benar benar nikmat melihatnya tersiksa, namun sebetulnya aku lebih
tersiksa lagi karena batangku sudah mengeras bagaikan batu. Aku nyaris tak
bisa menahan klimaks, namun aku harus membuatnya orgasme untuk kedua
kalinya. Benar saja, begitu lidahku menyedot klitorisnya, Anne langsung
mengejang dan berteriak pertanda orgasme. Kusedot habis cairannya.

Luar biasa, aku menikmati ekspresinya ketika mencapai orgasme dan itu
jugalah puncak orgasmeku. Cepat aku berdiri dan aku tekan batangku ke sela
sela pahanya dan seketika muncratlah semua. crott.. crott..! Wuahh.. "Oh
John, kita keluar bersamaan sayang.." "Iya, enak banget An.. elo membuat
gue gila.." "Sama.., gue berterima kasih elo menjaga gue.." "Gue sayang
kamu An.." ***** Pemirsa, begitulah ceritanya. Tak selamanya seks harus
membobol gawang. Setelah kejadian itu Anne makin ketagihan. Dia sangat
terkesan bisa mencapai orgasme tanpa merusak keperawanannya. Dia juga
menyukai posisi 69 dan posisi berdiri yang bisa mirip 69. Kadang kadang
aku datang ke kantornya dan hanya dengan mengangkat roknya aku menjelajahi
area area sensitifnya secara cepat dan efisien. Dan pada saat yang sama
aku juga mencapai orgasme. Masih ada Vina dan Dina yang ketagihan seperti
Anne. Aku selalu bilang pada wanita wanita berpendidikan itu bahwa suatu
saat mereka akan menikah dan aku berjanji tidak akan memerawaninya.
Cukuplah 69!

Monday, February 12, 2007

rita janda cantik

Siang itu hp-ku berdering dari nomer yang tidak aku kenal dan ketika kuangkat terdengar suara seorang wanita "Halo mas Adhie, apa kabar? kok lama gak ada kontak2 aku sih?", karena tidak mengenali suaranya, akupun menanyakan "Aku baik2 saja, sorry dengan siapa ini?". "Ini Rita mas, wah udah lupa ya sama Rita? jawabnya. Aku jadi ingat Rita, dia seorang janda berusia 35 tahun dengan anak 2. Aku mengenalnya ketika ia masih menjadi istri simpanan kenalanku seorang pejabat bank milik pemerintah, pada saat itu usianya baru sekitar 20 tahun. Baru2 ini aku bertemu dengan Rita kembali pada saat aku dan istriku hendak mengambil raport anak kami yang kebetulan sekelas dengan anak Rita yang besar. Untuk menghindari kecurigaan istriku, pada saat bertemu aku hanya mengangguk tersenyum sambil mengedipkan mata. Untungnya Ritapun memahami dengan tidak mengajakku berbicara sehingga istriku tidak menaruh curiga.
"Hei kok mas Adhie diam aja?, hayo sedang mikir apa....jorok ya?" sapanya lagi ditelepon yang mengagetkan aku. "Gak kok Rit, cuma sedang ngebayangin kamu aja, kok kamu tambah oke sekarang" candaku yang disambut derai tawanya yang renyah. "Mas kantornya masih disana khan?, mampir kerumah kapan2 mas" katanya sambil menyebutkan alamat rumahnya yang memang sering aku lalui apabila hendak kekantor. "Rita udah dicerai 2 tahun yang lalu lho mas" katanya lagi. sebetulnya aku sudah mengetahui itu karena keluarga kenalanku bekas suaminya sempat heboh ketika mengetahui sisuami/bapak mempunyai istri simpanan. Kamipun ngobrol ditelepon panjang lebar diselingi humor2 sedikit berbau sex yang kadang ditanggapi Rita sambil berkata "Wah kalo ngobrolnya begini, yang repot Rita mas, gak ada pelampiasan,kalo mas Adhie sih enak", aku tertawa mendengar itu dan berjanji akan mampir rumahnya.
Keesokan harinya karena kebetulan supirku tidak masuk karena ijin menengok orang tuanya yang sakit dikampung, pada perjalanan menuju kantor aku membelokkan mobilku kealamat rumah Rita. aku berpikir tidakada salahnya mampir sebentar dirumah Rita. Setibanya didepan alamat rumah yang diberikan Rita, aku melihat Rita sedang berbelanja sayur didepan pintu pagar rumahnya. Akupun memarkir mobilku dan dari dalam mobil memperhatikan Rita sambil menunggu dia selesai berbelanja sayur. Rita mengenakan daster yang longgar dan terlihat rambutnya dibungkus handuk sehingga aku tau dia baru saja selesai mandi. Setelah selesai berbelanja dan tukang sayur sudah menjauh, akupun memajukan mobilku dan memarkir didepan pagar rumahnya. Ketika aku turun dari mobil dan menghampiri pintu pagar, Rita terhenyak kaget melihatku "Eh mas Adhie, kirain siapa. Wah sorry mas Rita sedang berantakan habis mandi dan belanja nih, maklum kedua pembantu sedang pulang kampung" katanya sambil mempersilahkan aku masuk. Akupun masuk dan duduk diruang tamunya yang meskipun tidak terlalu besar tetapi tertata apik dan berseni. Rita permisi meninggalkan aku untuk meletakkan belanjaannya didapur. Sambil menunggu aku melihat-lihat koleksi foto yang terpampang didinding ruang tamu yang kebanyakan adalah foto2 Rita yang memang dulu pernah menjadi seorang foto model. Membandingkan Rita sekarang dengan foto2 yang terpampang, tidak banyak berubah, aku rasa karena Rita yang ada darah Aceh dan Betawi rajin merawat tubuh dan senam. Rita kembali keruang tamu dengan membawa 2 minuman hangat, ketika melihatku sedang memperhatikan koleksi fotonya, dia berkata "Itu hanya sebagian foto2 Rita mas, yang keren2 Rita pasang dikamar", "Keren gimana Rit?, ini saja menurutku sudah oke2 tuh" sahutku. "Wah kalo liat yang dikamar bisa bengong nanti mas Adhie" katanya lagi sambil tertawa dan duduk disofa didepanku. Rita sudah melepas lilitan handuk dikepalanya tapi tetap menggunakan daster, terus terang Rita terlihat sangat cantik dengan rambut terurai basah. Belum lagi daster tipisnya yang kadang menerawang memperlihatkan bentuk tubuhnya yang aduhai, apalagi ketika meletakkan minuman yang otomatis dia menundukkan tubuhnya aku dapat melihat belahan dada nya dengan jelas karena Rita tidak mengenakan BH dibalik dasternya, pemandangan sensual itu langsung membuatku horny dan kontolku langsung mengeras. "Belanja sayur tadi murah ya Rit?" tanyaku bercanda, "Abis yang belanja cantik dan sexy sih", "Ah mas Adhie bisa aja" katanya tersipu dan mukanya merona merah menambah cantik wajahnya. kemudian Ritapun bercerita tentang kasusnya, dimana istri pertama suaminya pernah mendatangi rumahnya yang menyebabkan keributan. Karena kasus itu suaminya mendapat tegoran keras dan harus menceraikan Rita. Aku melihat airmatanya menggenang dipelupuk matanya ketika menceritakan itu, dan Rita menghapusnya dengan tissue. Untuk mengalihkan pembicaraan yang membuatnya sedih berpikir, aku bertanya padanya "Emang foto2 kamu yang dikamar se-sensual apa sih Rit?". "Mau liat mas?, tapi janji ya jangan diketawain" jawabnya yang aku iyakan, kemudian dia mengajakku menuju kamar tidurnya untuk memperlihatkan koleksi fotonya. Berjalan dibelakang Rita dalam jarak yang dekat, aku dapat mencium bau harum sabun dari tubuhnya dan juga dengan jelas aku dapat melihat bongkahan pantatnya yang bergoyang ketika melangkah. Hampir saja aku tidak dapat menahan diri untuk memeluk tubuhnya dari belakang, untung aku masih menjaga image dengan menahan diri. Setibanya dikamar tidurnya, aku sempat terhenyak melihat sekitar sepuluh koleksi foto Rita berukuran setengah poster yang keseluruhannya artistik hitam putih. Istimewanya lagi keseluruhan foto tersebut memperlihatkan tubuh telanjangnya !!!. "Apa komentar mas Adhie?" katanya mengagetkanku yang bengong melihat koleksi foto2 tersebut. "Wah istimewa foto2 kamu Rit, gimana aslinya ya", sambil mencubit pinggangku Rita berkata "Ih....mas Adhie genit, masa mau liat aslinyaRita, udah tua nih aku mas". Karena dia tidak melepaskan cubitan dipinggangku, maka aku tangkap tangannya dengan sedikit menarik sehingga tubuh Rita tidak seimbang dan agak sempoyongan tubuhnya merapat ketubuhku yang secara refleks aku peluk. Memeluk ubuh Rita yang hanya dibalut daster tipis terasa sangat sensual, apalagi ketika diamenengadahkan wajahnya yang cantik berjarak sangat dekat dengan wajahku. "Eh mas, mau apa?. lepasin Rita mas" katanya dengan agak meronta dipelukanku. Karena sudah dipenuhi nafsu otakku, aku tidak melepaskan pelukanku, malah kemudian aku cium bibir indahnya dan kukulum. "Mmmmffff....jangggaaan...mass....inget....sss hhh" katanya sambil tetap meronta hendak melepaskan pelukan dan ciumanku. Dengan tinggi sekitar 163 dan berat sepandan, rontaan Rita tidak berarti bagiku yang tinggi 170/76. Sambil tetap mengulum bibirnya, aku mulai meremas bongkahan pantat sexynya dan agak sedikit kuangkat keatas dan merapat ketubuhku."Mmmmmm.....masss....ssshhhh" gumamnya yang kini sudah tidak meronta lagi malahan membalas ciumanku. Kumasukkan lidahku kemulutnya yang langsung disambut dengan hisapan pada lidahku, kemudian dia berusaha memasukkan lidahnya kemulutku yang juga langsung kuhisap kuat2. Tanganku yang tadinya mermas pantatnya, kini sudah mulai meraba pahanya yang mulus sambil menyingkapkan dasternya, ketika tanganku sampai diselangkangan yang dibungkus celana dalam tipis, kuusap2 belahan memeknya yang membuatnya menggelinjang dan makin bernafsu menciumku. Aku selipkan jariku melalui pinggir celana dalamnya untuk menyentuh memeknya dan dengan lembut aku kork dan raba, sementara ciumanku aku turunkan kelehernya kemudian turun kedadanya. Dari bali daster yang dikenakan, kuciumi teteknya yang berukuran 36 dan wooww...masih kencang, lalu aku hisap putingnya dari balik daster yang dikenakannya. Sensasi rasa puting yang kuhisap dengan kain dasternya dimulutku membuatku makin bernafsu, sementara terasa memeknya mulai basah oleh rabaan jariku. "Oooooooohhhhh.....maasss......enaaaakkk....trusss ss.... ...sayaaaang" katanya sambil meremas rambutku. Geli gesekan kain daster diputing teteknya berbaur dengan hisapan dan gigitanku membuatnya makin menggelinjang tidak karuan. Dengan cepat aku buka daster yang dikenakannya, begitu juga celana dalamnya sehingga kini Rita berdiri dalam keadaan bugil. Kuraih teteknya, kuremas remas dengan sedikit kasar sambil memilin putingnya yang membuat Rita menjadi liar. Lalu kuciumi kedua teteknya bergantian sebelum turun dan mulai menciumi selangkangannya. Dengan posisi jongkok diselangkangannya aku mulai menjilati memeknya. Rita dengan berdiri dan sebelah kakinya ditopangkan dipahaku agak sedikit mengangkang hingga memperlihatkan memeknya yang indah dan dicukur bersih. Ketika mulutku menemui klitorisnya, kujepit klitorisnya yang sebesar kacang kedelai dan sudah mengeras dengan bibirku dan aku hisap sambil menjilat klitorisnya sementara tanganku bermain dilubang anusnya. Kulihat Rita memejamkan matanya sambil meremas remas kedua teteknya sendiri sambil menggoyangkan pinggulnya mengimbangi jilatanku dimemeknya."Sssssssshhhhhhh.........puaaaassssiiin nn Ritaaaa...masssss......aggghhhh....ohhhh....mauuuu u... kluarrrr" dan sambil tubuhnya meregang, Rita menjepitkan kedua pahanya dikepalaku yang membuatku agak sulit bernafas dan kemudian terasa cairan memeknya dilidahku bertambah banyak, Rita sudah kliamaks. Setelah terdiam sejenak, Rita sambil tersenyum menarik tubuhku, melepas pakaian yang kukenakan sambil menciumi wajahku kemudian setelah aku telanjang bulat membimbingku rebah ditempat tidur. "Sekarang giliran Rita ngerjain mas Adhie" katanya sambil mengecup kepala kontolku yang tegak gagah bediri pada posisiku yang telentang. Perlahan Rita menjilati batang kontolku naik dan turun sambil sesekali mengecup kepala kontolku. Rasa geli dan nikmat tak terhingga ketika Rita dengan lidahnya menelusuri urat yang menonjol dikontolku. Apalagi ketika dia membuka lubang kencingku denganlidahnya kemudian menghisap kuat2..."Aggggghhhhh.....seddddaaaap......ayooooo. .. isap.... kuattttt...anjiiiingggggg....", seperti biasa pada aku mengeluarkan kata2 kotor dan kasar.Sluuuurp....sluuurp....suara mulut Rita mengulum kontolku karena dengan sengaja dia mengeluarkan banyak ludah pada saat mengulum kontolku, aku merasa sensasi yang hebat."Jilatiiiin...kontollllkuuu....sebeluuum akuuu...entotin...memekkkkmuuuuu...bangsaaaat" teriakku liar sambil menarik tubuhnya dan meposisikan kami 69 lalu aku kembali menjilati memeknya selagi Rita asyik mengerjai kontolku dengan nikmat. Lidahku kusapukan keseluruh permukaan memeknya kemudian mengitari lubang anusnya sebelum kembali kememeknya dan menghisap kuat2 klitorisnya. Saking nikmatnya Rita sempat menghentikan kulumannya dikontolku sambil mendesis "SSsssshhhh...oooohhhh" ketika klitorisnya aku gigit2 kecil. "Aku sudah gak tahan mas" katanya sambil bangkit dan berjongkok dengan membelakangiku kemudian sambil memegang batang kontolku perlahan-lahan dia menurunkan pinggulnya memasukkan kontolku keliang senggamanya yang terasa sangat sempit karena cukuplama tidak dijamah kontol lelaki. Saking semptnya beberapa kali Rita berhenti sebelum melanjutkan memasukkan kontolku.Kudengar dia agak merintih mungkin terasa perih dinding memeknya dimasuki kontolku setelah semua kontolku masuk "Heeek...oooohhh....penuh memekku massss" rintihnya. Lalu Rita mulai menunggangikontolku, menaik turunkan, memutar pinggulnya dengan liar. "Aggghhhhh....enaaaakkkk...bangettttttt...masssss. . sssssshhhhh."desisnya sambil menggoyangkan pinggulnya dengan liar. karena posisi duduknya membelakangi aku ketika menunggangi kontolku, kadang aku bangkit mencium punggung dan leher belakangnya sambil meremas teteknya dari belakang dengan gemas. Kedengaran Rita agak kesakitan ketika kuremas kasar teteknya "Addduuuhhhhhhh.......terusss....sakitinnnnn ....akuuuu...massss" teriaknya yang rupanya Rita suka sex kasar. "Teruuussssss........entottttiiiin kontollllkuuu....bangsaaaattttt" gumamku sambil kadang menaikkan pantaku untuk menemui goyangan pinggulnya. Dan "Adddddduuuuhhhhh.....akuuuu...keluuuuaaaarrrr .. ..sayaaaaang" teriaknya sambil mempercepat goyangan kemudian terasa dinding memeknya makin keras menjepit batang kontolku dan serasa batang kontolku disiram cairan didalam memeknya. Setelah klimaks yang kedua, Rita terdiam sambil menghela nafas panjang menikmati klimaksnya pada posisi menduduki kontolku yang masih keras didalam memeknya. Tanpa melepas kontolku didalam memeknya, aku dorong tubuhnya sehingga Rita pada posisi menungging, lalu dengan ganas dan liar kugenjot Rita pada posisi doggie style.Sambil kuciumi punggung, leher dan belakang telinganya aku terus melanjutkan genjotan kontolku dimemeknya."Aaaaagggghhh.........terussssss....mas ssss... .genjoooottt...yanggggg.....dalaaaam...entotinnnnn akuuu ...masss" teriaknya ketika ia kembali terngsang birahinya oleh genjotan dan ciumanku. Kadang rambut indahnya aku tarik kasar sambil menepuk kedua pantatnya "Yeeeeahhhh.....rasaaaaiiin...kontollllkuu....pela cuuuurrrrkuuu" bentakku dengan semakin memperkuat genjotanku. Rupanya Rita sangat suka dengan perlakuan dan kata2 kasarku "Yaaaaaaa........akuuuu....pelacuuuurmuuu......ent oooot akuuu dalammmm ...dalaaaam" ujarnya sambil memaju mundurkan pantatnya mengimbangi entotanku. Puas dengan posisi doggie style, aku balikkan tubuhnya dan mengangkat kedua kakinya kepundakku kemudian kembali memompa memeknya sambil meremas kasar teteknya. Putingnya kupilin-pilin dan tarik yang membuat Rita agak kesakitan tapi nikmat "Yeeeeeaaahhhh.........aggghhhh....ssshhhhh" desisnya. "Masssss....Ritaaaa....gakkkk...tahaaaannn....mauu uu.. .kluaaaarrrrr... lagiiiiiiii", "Iyaaaaaa....babiiiii.....ayyyyoooo....bareeengggg g....akuuu jugaaaaa..." kataku ketika kurasa aku akan mengeluarkan spermaku. Pompaanku makin cepat dan dalam, sementara dinding memeknya kembali menjepit keras kontolku...dan...croooooot....crooooot akupun mengeluarkan spermaku didalam memeknya sementara Rita secara bersamaanpun kembali klimaks.
Setelah klimaks kami terdiam berpelukan sambil mencoba mengatur nafas kami yang tidak beraturan."Maaf ya Rit, aku khilaf. Abis kamu sih sexy dan cantik" kataku kemudian sambil mengecup lembut bibirnya, "Ooh gak apa2 mass, terimakasih mas sudah menolong Rita dengan memuaskan Rita. Lagian baru sekali ini Rita merasa betul2 puas, suami Rita dulu gak bisa muasin Rita mas" jawabnya sambil membalas kecupanku.
Setelah membersihkan diri dikamar mandi, aku berpakaian dan pamit kekantor. Sebelum keluar dari rumahnya aku sempat mencium wajah cantiknya, dan kami berjanji untuk mengulangi lagi bila ada kesempatan.
Demikian kisahku dengan seorang janda cantik. Sampai kini aku paling suka dengan wanita matang setengah baya.

Bonus Mengikuti Kursus

Saya bekerja sebagai staf di bidang adminstrasi perusahaan dan menangani arsip-arsip perusahaan yang semakin hari semakin menumpuk saja. Seiring dengan perkembangan tersebut diadakanlah training kearsipan bagi karyawan-karyawan yang menangani arsip-arsip perusahaan supaya ada kesatuan persepsi dan model yang akan dipakai dalam penanganan arsip, sehingga memudahkan dalam pencarian kembali arsip yang telah lalu, maupun menyeleksi arsip-arsip yang akan dimusnahkan supaya tidak memenuhi gudang.

Ketika saya ditugaskan untuk mengikuti kursus tersebut, saya langsung menyatakan setuju. Saya merasa beruntung ditunjuk untuk kursus kearsipan tersebut, karena selain tidak masuk kantor juga bisa "refreshing" menyegarkan badan dan otak yang sehari-hari hanya bergelut dengan kertas dan kertas. Kursus diadakan selama 2 minggu dan menginap di subuah penginapan di kawasan Kaliurang, suatu tempat rekreasi yang sejuk di kaki Gunung Merapi.

Kursus kearsipan diikuti sekitar 30 orang laki dan perempuan, umurnya berkisar antara 22 sampai 36 tahun, jadi masih muda-muda dan penuh semangat. Ada yang sudah berkeluarga, ada juga yang baru punya pacar. Walaupun kami dalam satu group perusahaan, namun karena jarang bertemu, terlebih yang dari luar kota, ya kebanyakan dari kami belum saling kenal, hanya satu dua orang saja yang sudah saling kenal.

Hari pertama kursus diadakan acara perkenalan dari masing-masing peserta untuk menyebutkan nama, alamat, asal sub perusahaan/kerja dibagian apa, dan sebagainya sampai soal status keluarga, anak serta suami ataupun istri. Setelah istirahat siang, untuk lebih dapat menghafal nama serta lebih kompak dalam kerjasama peserta diadakan kegiatan dinamika kelompok dan dilanjutkan acara Outward Bound selama 2 hari penuh.

Dalam dua hari tersebut hampir semua peserta sudah saling kenal satu sama lain, bahkan ada yang tampak akrab. Ketika acara istirahat siang mereka sudah pada ngobrol satu sama lain, saling curhat, saling mencari "jodoh" masing-masing. Dan pada malam kedua itu kelihatannya mereka sudah saling akrab bahkan hampir dari semua peserta pada malam itu sesudah pelajaran selesai kira-kira pukul 21. 30 WIB mereka memutuskan untuk jalan-jalan keliling sekitar penginapan sampai ke Gardu padang untuk melihat pemandangan alam di sekitar Gunung Merapi malam hari. Dan sungguh menakjubkan, pada malam terang bulan itu Merapi terlihat indah, gagah, namun menyimpan rahasia alam yang tak dapat diraba oleh panca indera.

Dalam perjalanan malam itulah saya mulai menemukan "jodoh" untuk diajak bincang-bincang secara dengan dekat atau curhat bahasa populernya. Sebut saja teman saya tadi Wiwik. Masih muda sekitar 25 tahun, belum kimpoi katanya, namun sudah punya pacar.
"Pacarku itu lho Om (begitu dia panggil saya) yang antar aku ke sini tempo hari".
"Oh, yang antar kamu tempo hari to Wuk" sahutku.
Hari-hari selanjutnya semakin akrab aku memanggil dia dengan panggilan Wuk, dan dia memanggilku dengan Om.
"Kok, panggil aku Om, gimana sih?" godaku.
"Gini Om, soalnya dari perkenalan kemarin, Om umurnya sudah sebaya dengan umur Pak Lik atau Paman saya, jadi ya kupanggil saja Om. Nggak apa-apa kan?" sahutnya.
"Oh, begitu to, oke deh" sahutku pula.

Pada Ju'mat pertama, saya coba ajak Wiwik untuk jalan-jalan setelah akhir pelajaran. Waktu itu jarum jam menunjukkan pukul 22. 00 WIB.
"Wuk, belum ngantukkan?" tanyaku.
"Belum Om, ada apa?" Wiwik balas bertanya.
"Yuk, kita jalan-jalan ke gardu pandang!" ajakku.
"Siapa aja yang akan kesana Om?" tanyaknya lagi.
"Aku nggak tahu, aku hanya ajak kamu jalan-jalan malam ini, kan besok malam Minggu diberi kesempatan pulang ke rumah masing-masing, jadi ini kesempatan malam terakhir minggu pertama untuk jalan-jalan. Kalau yang lain ada yang ikut aku nggak keberatan, kalau tak ada yang ikut pokoknya aku ajak kamu aja, mau kan?" aku coba merayu.
"Gimana ya Om?" dia agak ragu menjawab.
"Aku sih sebenarnya juga ingin jalan-jalan, tapi kalau hanya kita berdua gimana, ya, aku tak enak sama teman-teman yang lain", lanjutnya.
"Ya nggak usah dipikirkan, tuh mereka sudah membuat kelompok-kelompok sendiri!" sahutku pula.
Wiwik diam sebentar dan akhirnya memutuskan mau kuajak jalan-jalan malam itu, hanya berduaan saja.

Sepanjang jalan aku dan Wiwik ngobrol tentang keadaan kantor masing-masing, tentang keadaan alam, tentang keluarga, dan ngomong apa saja untuk menghilangkan kejenuhan selama perjalanan ke gardu pandang. Setelah jalan beberapa ratus meter melewati tanjakan dan tikungan tiba-tiba melewati tikungan yang cukup gelap karena lampu penerangan jalan yang mati.
Wiwik berhenti sebentar dan berkata" Om, gelap tuh jalan, gimana yuk balik aja".
"Balik, tanggunglah yau, kan gardu pandang tinggal beberapa puluh meter di depan, setelah tikungan itu kan?" sahutku.
"Iya tapi kan cukup gelap, aku agak takut" sahutnya pula.
"Nggak apa-apa, ada aku kok (gayaku sok berani), yuk terus!" sahutku sambil secara reflek menarik tangannya dan kugandeng terus melewati kegelapan.
Wiwik, terus mengikuti, malah memegangku semakin erat dan semakin dekat jaraknya tubuhnya dengan tubuhku. Tercium, bau parfum yang wangi dari tubuhnya. Hal ini semakin ingin aku menggandengnya lebih lama. Akhirnya aku dan Wiwik melewati jalan gelap sambil bergandeng tangan terus sampat tempat gardu pandang. Disana sudah ada beberapa pasangan muda-mudi yang juda duduk-duduk sambil memandang keindahan Gunung Merapi.

"Om, lepasin dong tangannya" pintanya.
"Oh maaf, ya Wuk, aku sampai lupa, habis hangat sih" godaku.
"Om, nakal, besuk kuberitahu lho istri om, biar dimarahi" sahutnya.
"Eh, ngancam, ya? Besuk juga kuberi tahu pacarmu, hayo" balasku pula.
Wiwik mencubit tanganku, namun secara cepat kupegang tangannya erat-erat dan kutarik tubuhnya mendekati tubuhku, kutarik lagi hingga tubuh kami berdua berdekatan.
"Ssst.. nggak usah ribut, nanti pada menengok dan melihat ke sini semua" bisikku di telinganya. Mata kami saling memandang, dan Wiwik pun tersenyum.
"Oke, Om, nggak usah lapor-laporan, ya" ucapnya pelan, kemudian aku pun membalas senyumnya.
"Iya deh, Oreo, setujukan?"
Akhirnya malam itu kami duduk-duduk untuk beberapa lama, ngobrol, sambil menikmati pemandangan dari gardu pandang, yang pada waktu itu Merapi telah diselimuti kabut cukup tebal.

Jarum jam telah menunjukkan pukul 23. 30 waktu setempat, hawa di pegunungan itu semakin terasa dingin, satu persatu, sepasang demi sepasang, mereka mulai meninggalkan gardu pandang. Aku pun mengajak turun Wiwik menuju tempat penginapan kami.
"Om, dingin sekali ya, Om dingin nggak? tanyanya.
"Ya dingin sahutku pula, gimana to? tanyaku pula.
"Nggak apa-apa kok, yok kita turun" lanjutnya. Tanpa berkata ba, bi, bu, ku gandeng tangan Wiwik, dia tak menolak, aku semakin berani untuk segera merangkulnya.
"Gimana Wuk? hangat kan? tanyaku.
"Om, nakal, besuk aku bilangan, sama istri Om" sahutnya.
"Eit, kita kan udah janji, Oreo-kan" kataku pula.
Akhirnya Wiwk diam saja kurangkul dan kudekap sepanjang perjalanan menuju penginapan, mungkin merasa hangat dan lebih tenang seperti yang kurasakan.
"Lepasin Om tangannya" katanya setelah terlihat penginapan yang tinggal beberapa puluh meter. Kulepaskan tanganku dan aku sengaja menyenggol bukitnya yang ternyata cukup besar. Wiwik hanya diam saja.
"Dah.. Wiwik.." kataku ketika kami berpisah dan menuju kamar masing-masing.
"Dah.. Om, nakal" sahutnya sambil tersenyum.

Sabtu sore itu kami diberi kesempatan untuk pulang mengengok keluarga masing-masing. Aku pulang sendiri, Wiwik dijemput oleh pacarnya, yang ternyata juga tidak begitu ganteng.
"Selamat jalan, ya, hati-hati" kataku sambil mengulurkan tanganku untuk bersalaman.
Wiwik pun menjawab "Terimakasih, Om, ini kenalkan, pacarku".
Aku pun terus bersalaman dan berkenalan dengan pacarnya.
"Sigit" katanya singkat.
"Yanto" jawabku singkat pula.
"Senang ya punya pacar cantik, kok diajak pulang sore ini, mengapa tak nginap di sini aja berdua, sekaligus bermalam minggu di sini. Kalau mau nanti aku mintakan izin sama panitianya. Aku kenal kok sama ketua panitia kegiatan ini" godaku pula.
Mereka berdua saling berpandangan dan tersenyum malu.
"Nggak usah lah yau, nanti ndak lupa daratan" sahut mereka berdua hapir bersamaan.
"Oke, kalau gitu selamat jalan, dan sampai jumpa" aku berkata demikian sambil melambaikan tangan. Mereka berdua pun melambaikan tangan, menghidupkan mesin motornya dan melesat turun ke kota.

Ketika aku masih bengong melihat Wiwik dengan pacarnya sudah melesat pergi, tiba-tiba dari belakang di tepuk pundakku oleh Pak Bandung, salah seorang panitia yang telah kukenal sebelumnya.
"Hayo! dik Yanto jangan bengong aja, dulu waktu muda kan pernah kayak gitu, ingat lho dik Yanto, anak dan istri telah menunggu dirumah untuk berakhir pekan" katanya.
Aku pun terkejut, "Oh, nggak apa-apa kok Pak, saya cuma setengahnya tidak percaya, itu lho gadis cantik kayak gito kok pacarnya biasa saja, nggak ganteng, kalau dipikir-pikir justru lebih ganteng saya to Pak" jawabku pula.
Dan sambil menghidupkan mesin aku langsung tancap gas turun gunung, mampir sebentar di warung pinggir jalan, membeli juadah tempe serta wajik untuk oleh-oleh anak istri yang telah menunggu di pondok mertua indah.

Senin pagi itu para peserta kursus telah berdatangan lagi untuk melanjutkan menimba ilmu kearsipan. Kulihat Wiwik juga telah datang dan tengah menikmati sarapan pagi yang memang telah disediakan oleh pihak panitia. Aku mendekat dan menyapa"Pagi Wuk, gimana kabarnya, gimana malam minggunya, asyikkan, saya tahu lho Wuk malam itu kamu tidak pulang ke rumah tapi entah bermalam dimana" kataku mencoba menebak-nebak sambil duduk didekat Wiwik yang lagi sarapan pagi.
"Ah, Om ini sok tahu, kalau ya terus mau apa, kalau tidak trus gimana" jawabnya agak ketus.
"Ya, nggak apa-apa, wong aku cuma bercanda, kok" aku balas menjawab.
"Gimana Wuk, nanti habis pelajaran malam kita jalan-jalan lagi, ya. Nanti jalan-jalan dengan route yang lain dengan kemarin, oke?" aku mengajak Wiwik.
Wiwik pun mengangguk tanda setuju.

Malam itu setelah pelajaran malam berakhir pukul 21. 30 kami berdua jalan-jalan mengelilingi taman parkir, gardu pandang, telogo nirmolo, dan akhir berhenti duduk-duduk karang Pramuka. Saat itu Wiwik memakai jaket tebal dan celana jeans ketat. Dalam keremangan malam terlihat bentuk kakinya yang indah sesuai dengan tinggi badannya.
"Dingin Wuk?" tanyaku membuka percakapan.
"Ya dingin, mana ada tempat di Kaliurang yang hangat" jawabnya.
"Ada saja" jawabku
"Dimana" tanyanya lagi
"Ya, disini" jawabku sambil aku menggeser pantatku dan duduk berdekatan dengannya.
"Dimana Om?" Wiwik pun bertanya lagi
"Ya.. disini, coba pejamkan mata sebentar!" perintahku.

Wiwik pun memejamkan mata. Pelan tapi pasti Wiwik pun segera kupeluk dengan lembut dan ternyata hanya diam saja.
"Dimana Om, ? dia bertanya lagi
"Disini" jawabku sambil terus mempererat pelukanku kepadanya.
"Om, nakal" Wiwik meronta tapi aku tetap meneruskan pelukanku bahkan semakin erat dan akhirnya perlahan-lahan dia menikmati juga kehangatan pelukanku bahkan membalas dengan pelukan yang tak kalah erat. Peluk dan terus peluk, kehangatan pun terus mengalir dan kuberanikan diri untuk mencium pipinya, mencium bibirnyanya. Dia ternyata menerima dan membalas ciumanku dengan hangat.
"Oh.. Om.." desahnya pelan
"Oh.. Wuk, cantik sekali kau malam ini" rayuku pula.

Tanganku selanjutnya menelusuri tubuh dibalik jaketnya yang tebal. Aku sedikit kaget karena Wiwik hanya memakai kaos "adik" (istilah kaos yang kekecilan sehingga ketiak dan pusar terlihat) singlet yang agak tebal.
"Nggak usah terkejut Om, aku sering melakukan ini dengan pacarku" bisiknya.
"Lho, katamu dingin, kok pakai singlet?" aku balas bertanya.
"Iya, tadi dingin, tapi sekarang sudah agak hangat, kan ada pemanasnya" celotehnya pula.
"oo begitu, baru hangatkan? Oke kalau begitu nanti kubuat kamu lebih hangat lagi, kalau perlu sampai panas" lanjutku sambil terus mengelus, meraba tubuhnya.

Dan akhirnya sampai dibukit yang cukup besar dan kiranya mulai menegang. Tanganku berhenti sebentar dibukitnya yang kenyal, kemudian mulai kuremas-remas dengan kedua tanganku dari arah belakang. Wiwik mulai melenguh kenakan.
"Oh.. Om, terus-terusin Om.., Om.. teruus" Wiwik terus merengek.
Kemudian dia berbalik dan tangannya juga mulai mememeluk tubuhku semakin erat. Tangannya menuntun tanganku dari bawah kaosnya menuju bukitnya dan ternyata juga tidak memakai BH. Kuremas pelan-pelan dan semakin cepat seiring dengan rengekannya. Kami berdua saling berpelukan, saling berciuman, melumat bibir, saling meremas, entah berapa lama. Kami semakin tidak sadar kalau berada diruang terbuka. Disekeliling kami hanya pepohonan hutan cemara dikeremangan malam, diiringi suara cengkerik, belalang serta binatang malam lainnya, dipinggir tanah lapang itu. Kami pun tidak akan tahu seandainya disekeliling lokasi itu ada yang melihat baik sengaja mengintip atau tidak sengaja melewati daerah itu.

Permainan terus berlanjut diudara terbuka itu. Wiwik pun segera mengarahkan tangannya ke daerah selangkanganku, mengelus dari luar celanaku. Tahu bahwa "adik"ku telah bangun, Wiwik pun segera memelorotkan celanaku yang kebetulan waktu itu hanya memakai training. Segera dikeluarkannya batang kemaluanku yang telah tegak dan selanjutnya Wiwik mengemot-emot, memainkan lidahnya dikepala kemaluanku dengan semangat. Hal ini membuatku lupa dengan istri dirumah yang belum pernah melakukan hal yang demikian.
"Oh.. Wuk, terus Wuk, teruuss.. enak Wuk, teruuss.."
Dan crot, crot, crot.., crot, crot.., crot.., muncratlah spermaku dalam mulutnya yang mungil dan sebagian lagi mengenai wajahnya yang cantik. Aku hanya memejamkan mata keenakan.
"Enak Om?" tanyanya.
Aku hanya mengangguk, mulut rasanya sulit berkata karena hampir tak percaya kejadian yang baru saja tadi. Ini adalah hubungan seks-ku yang pertama dengan selain istri, walaupun baru sebatas oral seks. Dan ternyata menimbulkan kesan lain yang mendalam selain juga mengasyikkan.
"Aku bersihkan ya Om" dan tanpa berkata lagi Wiwik mengulum-ulum batang kemaluanku, menjilat-jilat membersihkan sisa-sisa sperma yang masih menempel sampai bersih, sih.
"Oh, Wuk.."
Sadar berada di alam terbuka, aku segera melihat jam tanganku. Jarum jam telah menunjukkan angka 23. 15. Aku segera mengajak Wiwik meninggalkan tempat itu.

Ayam Goreng

Pada waktu itu aku pulang dari kampus sekitar pukul 20:00 karena ada kuliah malam. Sesampainya di tempat kost, perutku minta diisi. Aku langsung saja pergi ke warung tempat langgananku di depan rumah. Warung itu milik Ibu Sari, umurnya 30 tahun. Dia seorang janda ditinggal mati suaminya dan belum punya anak. Orangnya cantik dan bodynya bagus. Aku melihat warungnya masih buka tapi kok kelihatannya sudah sepi. Wah, jangan-jangan makanannya sudah habis, aduh bisa mati kelaparan aku nanti. Lalu aku langsung masuk ke dalam warungnya.

"Tante..?"
"Eee.. Dik Sony, mau makan ya?"
"Eee.. ayam gorengnya masih ada, Tante?"
"Aduhhh.. udah habis tuch, ini tinggal kepalanya doang."
"Waduhhh.. bisa makan nasi tok nich.." kataku memelas.
"Kalau Dik Sony mau, ayo ke rumah tante. Di rumah tante ada persediaan ayam goreng. Dik Sony mau nggak?"
"Terserah Tante aja dech.."
"Tunggu sebentar ya, biar Tante tutup dulu warungnya?"
"Mari saya bantu Tante."

Lalu setelah menutup warung itu, saya ikut dengannya pergi ke rumahnya yang tidak jauh dari warung itu. Sesampai di rumahnya..
"Dik Sony, tunggu sebentar ya. Oh ya, kalau mau nonton TV nyalakan aja.. ya jangan malu-malu. Tante mau ganti pakaian dulu.."
"Ya Tante.." jawabku.

Lalu Tante Sari masuk ke kamarnya, terus beberapa saat kemudian dia keluar dari kamar dengan hanya mengenakan kaos dan celana pendek warna putih. Wow keren, bodynya yang sexy terpampang di mataku, puting susunya yang menyembul dari balik kaosnya itu, betapa besar dan menantang susunya itu. Kakinya yang panjang dan jenjang, putih dan mulus serta ditumbuhi bulu-bulu halus.

Dia menuju ke dapur, lalu aku meneruskan nonton TV-nya. Setelah beberapa saat.
"Dik.. Dik Sony.. coba kemari sebentar?"
"Ya Tante.. sebentar.." kataku sambil berlari menuju dapur.

Setelah sampai di pintu dapur.
"Ada apa Tante?" tanyaku.
"E.. Tante cuman mau tanya, Dik Sony suka bagian mana.. dada, sayap atau paha?"
"Eee.. bagian paha aja, Tante." kataku sambil memandang tubuh Tante Sari yang tidak bisa diungkapkan oleh kata-kata. Tubuhnya begitu indah.
"Dik Sony suka paha ya.. eehhhmmm.." katanya sambil menggoreng ayam.
"Ya Tante, soalnya bagian paha sangat enak dan gurih." kataku.
"Aduhhh Dik.. tolong Dik.. paha Tante gatel.. aduhhh.. mungkin ada semut nakal.. aduhhh.."
Aku kaget sekaligus bingung, kuperiksa paha Tante. Tidak ada apa-apa.

"Nggak ada semutnya kok Tante.." kataku sambil memandang paha putih mulus plus bulu-bulu halus yang membuat penisku naik 10%.
"Masak sih, coba kamu gosok-gosok pakai tangan biar gatelnya hilang." pintanya.
"Baik Tante.." lalu kugosok-gosok pahanya dengan tanganku. Wow, begitu halus, selembut kain sutera dari China.
"Bagaimana Tante, sudah hilang gatelnya?"
"Lumayan Dik, aduh terima kasih ya. Dik Sony pintar dech.." katanya membuatku jadi tersanjung.
"Sama-sama Tante.." kataku.
"Oke, ayamnya sudah siap.. sekarang Dik Sony makan dulu. Sementara Tante mau mandi dulu ya." katanya.
"Baik Tante, terima kasih?" kataku sambil memakan ayam goreng yang lezat itu.

Disaat makan, terlintas di pikiranku tubuh Tante Sari yang telanjang. Oh, betapa bahagianya mandi berdua dengannya. Aku tidak bisa konsentrasi dengan makanku. Pikiran kotor itu menyergap lagi, dan tak kuasa aku menolaknya. Tante Sari tidak menyadari kalau mataku terus mengikuti langkahnya menuju kamar mandi. Ketika pintu kamar mandi telah tertutup, aku membayangkan bagaimana tangan Tante Sari mengusap lembut seluruh tubuhnya dengan sabun yang wangi, mulai dari wajahnya yang cantik, lalu pipinya yang mulus, bibirnya yang sensual, lehernya yang jenjang, susunya yang montok, perut dan pusarnya, terus vaginanya, bokongnya yang montok, pahanya yang putih dan mulus itu. Aku lalu langsung saja mengambil sebuah kursi agar bisa mengintip lewat kaca di atas pintu itu. Di situ tampak jelas sekali.

Tante Sari tampak mulai mengangkat ujung kaosnya ke atas hingga melampaui kepalanya. Tubuhnya tinggal terbalut celana pendek dan BH, itu pun tak berlangsung lama, karena segera dia melucutinya. Dia melepaskan celana pendek yang dikenakannya, dan dia tidak memakai CD. Kemudian dia melepaskan BH-nya dan meloncatlah susunya yang besar itu. Lalu, dengan diguyur air dia mengolesi seluruh tubuhnya dengan sabun LUX, lalu tangannya meremas kedua susunya dan berputar-putar di ujungnya. Kejantananku seakan turut merasakan pijitannya jadi membesar sekitar 50%. Dengan posisi berdiri sambil bersandar tembok, Tante Sari meneruskan gosokannya di daerah selangkangan, sementara matanya tertutup rapat, mulutnya menyungging.

Beberapa saat kemudian...
"Ayo, Dik Sony.. masuk saja tak perlu mengintip begitu, kan nggak baik, pintunya nggak dikunci kok!" tiba-tiba terdengar suara dari Tante Sari dari dalam. Seruan itu hampir saja membuatku pingsan dan amat sangat mengejutkan.
"Maaf yah Tante. Sony tidak sengaja lho," sambil pelan-pelan membuka pintu kamar mandi yang memang tidak terkunci. Tetapi setelah pintu terbuka, aku seperti patung menyaksikan pemandangan yang tidak pernah terbayangkan. Tante Sari tersenyum manis sekali dan..
"Ayo sini dong temani Tante mandi ya, jangan seperti patung gicu?"
"Baik Tante.." kataku sambil menutup pintu.
"Dik Sony.. burungnya bangun ya?"
"Iya Tante.. ah jadi malu saya.. abis Sony liat Tante telanjang gini mana harum lagi, jadi nafsu saya, Tante.."
"Ah nggak pa-pa kok Dik Sony, itu wajar.."
"Dik Sony pernah ngesex belum?"
"Eee.. belum Tante.."
"Jadi, Dik Sony masih perjaka ya, wow ngetop dong.."
"Akhhh.. Tante jadi malu, Sony."

Waktu itu bentuk celanaku sudah berubah 70%, agak kembung, rupanya Tante Sari juga memperhatikan.
"Dik Sony, burungnya masih bangun ya?"
Aku cuman mengangguk saja, dan diluar dugaanku tiba-tiba Tante Sari mendekat dengan tubuh telanjangnya meraba penisku.
"Wow besar juga burungmu, Dik Sony.." sambil terus diraba turun naik, aku mulai merasakan kenikmatan yang belum pernah kurasakan.

"Dik Sony.. boleh dong Tante liat burungnya?" belum sempat aku menjawab, Tante Sari sudah menarik ke bawah celana pendekku, praktis tinggal CD-ku yang tertinggal plus kaos T-shirtku.
"Oh.. besar sekali dan sampe keluar gini, Dik Sony." kata Tante sambil mengocok penisku, nikmat sekali dikocok Tante Sari dengan tangannya yang halus mulus dan putih itu. Aku tanpa sadar terus mendesah nikmat, tanpa aku tahu, penisku ternyata sudah digosok-gosokan diantara buah dadanya yang montok dan besar itu. "Ough.. Tante.. nikmat Tante.. ough.." desahku sambil bersandar di dinding.

Setelah itu, Tante Sari memasukkan penisku ke bibirnya, dengan buasnya dia mengeluar-masukkan penisku di mulutnya sambil sekali-kali menyedot, kadang-kadang juga dia menjilat dan menyedot habis 2 telur kembarku. Aku kaget, tiba-tiba Tante Sari menghentikan kegiatannya. Dia pegangi penisku sambil berjalan ke arah bak mandi, lalu Tante Sari nungging membelakangiku, sebongkah pantat terpampang jelas di depanku.

"Dik Sony.. berbuatlah sesukamu.. kerjain Tante ya?!"
Aku melihat pemandangan yang begitu indah, vagina dengan bulu halus yang tidak terlalu lebat. Lalu langsung saja kusosor vaginanya yang harum dan ada lendir asin yang begitu banyak keluar dari vaginanya. Kulahap dengan rakus vagina Tante Sari, aku mainkan lidahku di klitorisnya, sesekali kumasukkan lidahku ke lubang vaginanya.

"Ough Sonnn.. ough.." desah Tante Sari sambil meremas-remas susunya.
"Terus Son.. Sonnn.." aku semakin keranjingan, terlebih lagi waktu kumasukkan lidahku ke dalam vaginanya ada rasa hangat dan denyut-denyut kecil semakin membuatku gila.

Kemudian Tante Sari tidur terlentang di lantai dengan kedua paha ditekuk ke atas.
"Ayo Dik Sony.. Tante udah nggak tahan.. mana burungmu Son?"
"Tante udah nggak tahan ya?" kataku sambil melihat pemandangan demikian menantang, vaginanya dengan sedikit rambut lembut, dibasahi cairan harum asin demikian terlihat mengkilat, aku langsung menancapkan penisku di bibir vaginanya.
"Aoghhhh.." teriak Tante Sari.
"Kenapa Tante..?" tanyaku kaget.
"Nggak.. Nggak apa-apa kok Son.. teruskan.. teruskan.."
Aku masukkan kepala penisku di vaginanya.
"Sempit sekali Tante.. sempit sekali Tante?"
" Nggak pa-pa Son.. terus aja.. soalnya udah lama sich Tante nggak ginian.. ntar juga enak kok.."
Yah, aku paksa sedikit demi sedikit, baru setengah dari penisku amblas. Tante Sari sudah seperti cacing kepanasan menggelepar kesana kemari.

"Ough.. Son.. ouh.. Son.. enak Son.. terus Son.. oughhh.." desah Tante Sari, begitu juga aku walaupun penisku masuk ke vaginanya cuman setengah tapi kempotannya sungguh luar biasa, nikmat sekali. Semakin lama gerakanku semakin cepat, kali ini penisku sudah amblas dimakan vagina Tante Sari. Keringat mulai membasahi badanku dan badan Tante Sari.

Tiba-tiba Tante Sari terduduk sambil memelukku dan mencakarku.
"Oughhh Son.. ough.. luar biasa.. oughhh.. Sonnn.." katanya sambil merem melek.
"Kayaknya aku mau orgasme.. ough.." penisku tetap menancap di vagina Tante Sari.
"Dik Sony udah mau keluar ya?"
Aku menggeleng, kemudian Tante Sari terlentang kembali. Aku seperti kesetanan menggerakkan badanku maju mundur, aku melirik susunya yang bergelantungan karena gerakanku, aku menunduk, kucium putingnya yang coklat kemerahan. Tante Sari semakin mendesah, "Ough.. Sonnn.." tiba-tiba Tante Sari memelukku sedikit agak mencakar punggungku.

"Oughhh.. Sonnn.. aku keluar lagi..."
Vaginanya kurasakan semakin licin dan semakin besar, tapi denyutannya semakin kerasa. Aku dibuat terbang rasanya. Ah, rasanya aku sudah mau keluar. Sambil terus goyang, kutanya Tante Sari.
"Tante.. aku keluarin di mana Tante..? Di dalam boleh nggak..?"
"Terseraaahh.. Sooonnn..." desah Tante Sari.
Kupercepat gerakanku, burungku berdenyut keras, ada sesuatu yang akan dimuntahkan oleh penisku. Akhirnya semua terasa enteng, badanku serasa terbang, ada kenikmatan yang sangat luar biasa. Akhirnya kumuntahkan laharku dalam vagina Tante Sari, masih kugerakkan badanku dan rupanya Tante Sari orgasme kembali lalu dia gigit dadaku, "Oughhh.."

"Dik Sony.. Sonnn.. kamu memang hebat..."
Aku kembali mangenakann CD-ku serta celana pendekku. Sementara Tante Sari masih tetap telanjang, terlentang di lantai.
"Dik Sony... kalo mau beli makan malam lagi yah... jam-jam sekian aja ya.." kata Tante Sari menggodaku sambil memainkan puting dan klitorisnya yang masih nampak bengkak.
"Tante ingin Dik Sony sering makan di rumah Tante ya.." kata Tante Sari sambil tersenyum genit.
Kemudian aku pulang, aku jadi tertawa sendiri karena kejadian tadi. Ya gimana tidak ketawa cuma gara-gara "Ayam Goreng" aku bisa menikmati indahnya bercinta dengan Tante Sari. Dunia ini memang indah.

Thursday, December 28, 2006

Kapal cinta

Awal cerita ketika tahun 1992, saya berangkat dari kampung halaman saya dengan menumpang salah satu kapal milik PELNI, KM Rinjani. Karena waktu itu saya diterima sebagai seorang mahasiswa sebuah perguruan tinggi di kota Yogyakarta, kota yang sekarang menjadi tempat tinggal saya. Sebagai seorang mahasiswa baru dari keluarga yang berkecukupan, saya sangat bangga, apalagi untuk berangkat ini saya dibekali cukup uang dan tiket di kelas satu. Dan juga saya diperbolehkan untuk mampir di rumah paman yang tinggal di Jakarta dan jalan-jalan di sana sebelum daftar ulang sebagai mahasiswa baru di Jogja.

Ketika naik kapal pada hari keberangkatan, hati ini terasa senang sekali. Saya langsung menuju kamar saya, kamar kelas satu, yang pasti sudah terbayang akan sangat enak rasanya. Tapi saya kaget sekali, karena di dalam kamar sudah ada seorang wanita, yang terus terang saja ada sedikit rasa senang juga karena wanita tersebut tersenyum dengan manisnya ketika melihat saya agak terkejut.
"Oh maaf, mungkin Mbak ini salah kamar..?" tanya saya agak ragu.
Sebab setahu saya tidak mungkin, sudah sering bepergian dengan kapal laut, dalam satu kamar harusnya hanya ada satu jenis kelamin, kalau laki-laki ya laki-laki semua, atau kalau perempuan ya perempuan semua.

Tapi setelah dicocokkan ternyata nomer tiket kami sama, artinya kami satu kamar. Wah, terus terang saja saya agak canggung juga rasanya, tapi di balik kecanggungan saya ada rasa senang juga lho. Karena wanita yang satu ini cukup cantik juga dan bodinya cukup menggairahkan. Dan karena saya sering sekali nonton film porno, langsung saya membayangkan kalau nanti malam kami akan tidur berdua dan berpelukan dengan saling mengelus-elus 'pusat' kenikmatan masing-masing.

Pada waktu pemeriksaan tiket, tanpa ragu dia langsung mengatakan bahwa saya adalah adik sepupunya, jadi oleh petugas kami tidak dipindahkan. Wah, tambah senanglah hati ini. Dan sejak itu kami banyak sekali ngobrol-ngobrol. Dari sini juga saya tahu kalau dia adalah pegawai sebuah bank swasta di Jakarta, bernama Cindy, suaminya seorang dosen sebuah perguruan tinggi di jakarta, dan yang lebih hebat lagi dia tidak sesuai dengan umurnya yang sudah 35 tahun, dan sudah beranak dua.

Setelah makan siang kami masih melanjutkan obrolan kami tentang berbagai hal di anjungan depan kapal. Kapal sudah semakin jauh dari daratan, jarum jam sudah pukul dua, hawa terasa agak panas, mata mulai mengantuk diterpa angin laut, akhirnya kami memutuskan untuk beristirahat saja. Tanpa sadar Cindy menggandeng tangan saya ketika kami berjalan menuju kamar, karena agak canggung, tangannya saya lepaskan. Cindy agak kaget tapi dia malah tersenyum manja.

Memang pada waktu itu saya sering menonton film porno dan juga sering beronani, tapi melakukan hubungan seks saya balum pernah sama sekali. Jadi hati ini rasanya deg-degan luar biasa, karena ketika berjalan di lorong kapal yang kebetulan saya berada di belakangnya, saya melihat pantatnya yang bulat yang terbalut celana jeans ketat dan rambutnya yang panjang sepunggung dan diikat, sehingga terlihat jenjang belakang lehernya yang putih dan mulus.

"Oooh! Indah sekali!" jerit batin saya.
Pada waktu itu saya ingin memeluknya dari belakang dan ingin langsung mencium lehernya itu, tapi sekali lagi hati ini rasanya canggung sekali, boleh dibilang saya takut!

Ketika kami bersama-sama masuk kamar Cindy langsung menuju kamar mandi, katanya dia sudah kegerahan dan sebelum tidur siang ingin mandi dulu. Saya langsung rebahan di tempat tidur sambil membayangkan tubuh Cindy yang pasti sintal dan menggairahkan kalau dilihat dari pantatnya yang bulat. Tanpa sadar tangan kiri saya sudah memegang batang kemaluan yang mulai mengeras.

Tetapi tiba-tiba ada suara dari balik pintu kamar mandi, "Mas Andi, tolong ambilkan handuk saya di dalam koper dong."
Saya terkejut setengah mati, karena pikir saya Cindy sudah keluar dari kamar mandi. Ketika mengambil handuk, saya melihat pakaian dalamnya yang bagus-bagus dan super mini.
"Oooh..!" batin ini semakin menjerit.
Karena sebagai seorang laki-laki normal, pasti siapa saja tidak akan tahan dengan momen seperti ini.

Pintu saya ketuk untuk memberikan handuknya, dan ketika pintu dibuka, betapa kagetnya saya karena Cindy berdiri di depan pintu hanya dengan celana dalam yang sangat mini dengan bordiran yang apik dan sangat jelas sekali terlihat gunungan hitam di selangkangannya seperti akan meletus. Saat melihat saya tertegun dengan handuk di tangan, dengan cueknya Cindy menarik tangan saya untuk mandi bersama. Pada waktu itu saya hanya seperti robot yang bergerak hanya kalau disetel untuk bergerak. Karena terus terang saja, waktu itu pikiran saya seakan tidak percaya dengan apa yang sedang ada di hadapan saya. Ternyata tubuh Cindy lebih indah daripada apa yang saya bayangkan, dan lebih hebat lagi lebih cantik dalam keadaan telanjang.

Tanpa sadar saya melepaskan celana dalam Cindy, dan tubuhnya saya sirami dengan air dari shower. Cindy melenggak-lenggokkan pantatnya yang bulat ketika air shower saya arahkan ke pantatnya. Dan ketika saya arahkan ke punggung, Cindy meliuk-liukkan tubuhnya dengan sangat erotis. Tiba-tiba Cindy membalikkan tubuhnya dan langsung melahap bibir saya, dengan kencang dihisap dan disedot.
Tapi tiba-tiba Cindy berhenti dan marah, "Hey, dicopot dong bajunya!"
Saya hanya dapat terawa kecil karena bersamaan dengan itu Cindy pun dengan bergairahnya mencopot kaos dan celana panjang saya yang mana celana dalamnya langsung ikut terlepas.

"Wow, lucu sekali bentuk batang kamu Andi..?" Cindy bertanya dengan manjanya.
"Lho apa punya suami kamu nggak lucu tuh..?" saya balik tanya dan Cindy hanya tertawa dengan ujung kemaluan saya yang sudah berada di dalam mulutnya.
Gila! Cindy benar-benar luar biasa, mungkin karena dia sudah bersuami dan sudah punya anak pula. Dan baru kali ini saya merasakan betapa nikmatnya apa yang selama ini selalu saya tonton di film dan selalu saya bayangkan siang dan malam. Dengan gemasnya Cindy mengelus-elus buah zakar dan menghisap-hisap kepala penis saya dengan lembutnya.

Tidak terasa sudah lama sekali Cindy menghisap batang penis dan akhirnya, "Hey, capek nih jongkok terus. Gantian dong..!"
Cindy lalu saya gendong ke arah tempat tidur, lalu saya rebahkan dengan kakinya yang putih mulus terkulai di lantai. Kaki Cindy saya angkat perlahan-lahan, sambil memberikan sedikit sensasi di talapak kaki. Cindy kegelian dan mengelinjang, kemudian saya mulai menyerang payudaranya yang memang tidak begitu besar tapi cukup menggoda.

Ujung penis saya gosok-gosokkan di lubang vaginanya sambil menghisap-hisap puting payudara Cindy. Saya semakin menikmati permainan ketika Cindy mulai mengerang-ngerang keenakkan. Dan ketika pinggulnya mulai digerak-gerakkan ke atas dan ke bawah saya mulai menyadarai kalau Cindy minta dicoblos liang vaginanya. Tapi saya sengaja untuk mempermainkan ujung penis di mulut vagina Cindy.

"Ayo Andi, dimasukkan saja, jangan cuma diluar begitu dong..!" akhirnya Cindy benar-benar tidak tahan.
Lalu saya mulai menekan panis saya untuk masuk ke dalam vagina Cindy. Uuuhhh..! Hangat dan enak sekali rasaya. Cindy sambil mengerang keenakkan mangangkat pantatnya, sehingga penis saya semakin dalam masuknya. Aaahhh..! Semakin enak saja rasanya. Akhirnya saya tahu kalau berhubungan seks itu sangat enak rasanya.

Ketika pantat Cindy diturunkan, tiba-tiba penis saya terlepas dari lubangnya. Cindy menaikkan lagi pantatnya, dan ketika diturunkan lagi terlepas lagi. Begitu dan seterusnya hingga Cindy marah-marah karena ternyata saya hanya diam saja.
"Ayo dong Andi kamu goyang juga pantatmu maju mundur. Ayo... dongg..!"

Saya semakin tahu kalau behubungan seks bukan saja enak tetapi juga menyenangkan. Pantat Cindy mulai diam dan pantat saya mulai digerakkan. Perlahan-lahan saya masukkan batang penis yang sudah sangat tegang ini, dan saya tarik lagi dengan satu hentakan keras. Perlahan-lahan lagi saya masukkan dan saya tarik lagi dengan satu hentakan keras. Cindy merem melek ketika saya masukkan, dan Cindy mengerang keras ketika saya tarik. Begitu terus saya lakukan hingga akhirnya Cindy bangun dan memeluk saya.

Dengan mesranya saya menggendong dan mencium bibir Cindy. Tapi saya terkejut ketika tiba-tiba Cyndi menggoyang dengan keras sekali pantatnya, diputar-putar pantatnya pada gendongan saya, dan pada saat itu saya semakin kaget ketika tiba-iba pula lubang vaginanya terasa mengecil lalu dengan kerasnya Cindy berteriak, "Annddiii..!" dan keringat kecil-kecil mulai keluar di atas keningnya.

Sekali lagi, dari sinilah saya benar-benar tahu bahwa berhubungan seks itu enak sekali, menyenangkan, dan yang lebih menyenangkan lagi kalau kita dapat membawa pasangan kita ke puncak kenikmatan. Karena pada saat kita melihat pasangan kita menggelinjang keenakkan pada saat itu pula hati ini akan terasa plong.

Kembali Cindy marah, karena dia sudah kelelahan sementara batang kemaluan saya masih berdiri tegak. Dan yang pasti saya belum ejakulasi. Tapi sambil mengecup bibir Cindy dengan lembut saya katakan kalau saya sudah sangat senang diperkenalkan dengan hubungan seks yang sebenarnya, dan saya sudah sangat puas melihat dirinya puas dan senang dengan permainan saya.

Akhirnya kami mandi bersama, dan di kamar mandi kami masih mengulangi permainan-permainan yang lebih menyenangkan lagi. Hampir setiap saat dan setiap kesempatan di kapal kami melakukannya lagi dan lagi. Ketika sampai di Jakarta, dia memberikan alamat dan nomer teleponnya dan berharap sekali kalau saya mau mampir ke rumah atau kantornya.

Beberapa kali Cindy pernah saya hubungi dan beberapa kali kami pernah berjumpa, hingga akhirnya sekarang kami tidak pernah lagi berjumpa karena terakhir kali saya hubungi alamatnya sudah pindah. Entah dimana kamu Cindy, tapi yang jelas aku selalu merindukan kamu, karena kamu telah memberikan pengalaman dan pengetahuan yang berharga tentang bagaimana berhubungan seks dan memuaskan pasangan main.

Terima kasih untuk Cindy, terima kasih untuk "17thn", dan terima kasih untuk semua. Saya berharap Cindy membaca cerita ini di "17thn". Dan bagi para pembaca, khususnya yang berkelamin wanita tulen dan ingin dilayani oleh saya boleh segera menghubungi saya di email dengan mencantumkan alamat dan nomer teleponnya. Sekali lagi terima kasih untuk Cindy dan "Are you miss my dick..?

Tuesday, September 12, 2006

Vika Sahabatku

Persahabatanku dengan vika mulai sejak smp. sampai lulus sma kami tetap bersahabat. Hmm... dalam hati kecilku sebenarnya aku ingin lebih dari sahabat. Aku sangat menyukai vika, gadis imut yang selalu ceria. Gadis yang tidak pernah melepaskan seyum dan tawa dari bibirnya, gadis yang selalu mewarnai mimpi indahku.Tapi sial, vika selalu mengenalkan aku ketemannya sebagai sahabat. Dan lebih parahnya lagi, begitu semangatnya dia bercerita pada orang-orang kalo kami berdua tuh seperti kakak adik. Hal itu yang selalu menghalangi aku untuk menyatakan kalau aku suka padanya, bahkan lebih, aku jatuh cinta padanya.Kejadian ini terjadi saat kami baru selesai sma dan sama-sama berusaha untuk mencari pekerjaan. Suatu saat ada panggilan kerja di yogyakarta yang aku dan vika ikut dalam panggilan itu. Oh iya, aku belum bilang kalau aku tetap tinggal dibandung setelah wisuda.Setelah menjalani test kerja, aku mengajak vika kerumahku sebentar sebelum kembali ke bandung. Iya, orangtuaku tinggal dijakarta, tapi aku lebih memilih tinggal dibandung setelah wisuda karena aku lebih suka tinggal dibandung, relatif gak ada macet, dan tentu saja ada Lia yang sangat aku sayangi di bandung. Aku mengajaknya kerumahku untuk sekedar berganti baju dan beristirahat sebelum kembali ke bandung.Sesampainya dirumahku, aku menemui rumahku kosong. "Wah, pada kemana nih ??" kataku ke vika. "Telepon aja yan !" kata vika padaku.Aku mendial no hp ibuku dari ponselku. "Ma.. Ada dimana ?" tanyaku lewat telpon saat sambungannya terhubung. "Loh kamu pulang ? Mama sama papa jenguk adikmu" jawab mamaku lewat telpon. Ternyata orangtuaku menjenguk adikku yang kuliah di kota lain. "Kalo kamu mo masuk minta kunci aja sama tante erni, mama titipin kedia" suruh ibuku untuk meminta kunci ke tante erni tetangga sebelah rumahku. "Ya udah deh, aku ambil ke tante erni". Aku menutup telepon kemudian beranjak kerumah tante erni.Setelah membuka rumah, aku mengajak Lia masuk." vika, kamu ganti baju aja dulu, aku mau ke kamarku sebentar" kataku ke vika sambil menunjukkan kamar kecil kedia. "Oke deh" jawabnya sambil membawa tas plastik berisi kaos ganti.Aku masuk kekamarku dan mengganti baju disana. Saat aku keluar, ternyata vika sudah selesai mengganti baju. Dia menonton tv di ruang keluarga.vika mengganti bajunya dengan kaus putih favoritnya. Sebenernya aku udah pernah ngomentari dia supaya jangan pake kaus itu lagi. Soalnya kaus itu agak-agak semi transparan. Untuk deskripsinya, kaus putih itu ada bagian yang bahannya jarang, seperti benangnya diambil. Bagian yang transparan itu membentuk garis-garis miring. Buat yang melihat kalo agak jeli dikit bisa melihat bra dan kulit mulusnya. Dan yang membuat aku gak suka, kaus kecil itu ngebentuk banget bodynya. Tubuh vika memang kecil imut, tapi proporsional. Dadanya yang bulat terlihat besar dibandingkan badannya yang kecil.Untuk roknya, dia masih memakai rok tadi. He..he..he.. aku selalu komentarin dia kalo pake rok, soalnya dengan memakai rok pantatnya yang bulat itu terlihat semakin besar. Aku selalu berfikir dengan pinggul dan pantat begitu, pasti dia gak akan mengalami kesulitan kalo punya anak nanti."Lagi nonton apa ?" tanyaku ke vika yang duduk disofa ruang keluarga. "He..he..he.. gosip !" tawa renyahnya keluar saat menjawabku.Aku duduk disebelahnya ikut menonton. vika mengomentari gosip-gosip yang diberitain, aku cuma ketawa-ketawa aja ngeliat dia yang semangat banget mengomentari. Aku gak tau bagaimana mulanya, tangan kiriku menggengam tangan kanannya sewaktu menonton, seiring itu kami jadi jarang berbicara, entah apa yang ada didalam pikirannya."Yan, aku kekamar kecil dulu ya" katanya dan segera bangkit. Aku mengangguk dan pegangan tangan kami terlepas. Saat dia ke belakang aku menarik nafas panjang menahan gejolak hatiku.Sekembalinya dari kamar kecil, vika kembali duduk disebelahku. Entah kenapa dia kembali menggenggam tanganku. Aku cuma tersenyum kepadanya. Suasana kembali hening, sibuk dengan pikiran masing-masing.Aku mengelus tangannya, dia cuma tersenyum. Cukup lama aku mengelus tangan dan lengannya, akhirnya dia merebahkan kepalanya ke pundakku. Aku melingkarkan tanganku ketubuhnya, badannya jadi bersandar didadaku."Rambut kamu bagus" kataku memecah keheningan. Dia cuma terseyum. Aku mengelus-elus rambut panjangnya yang harum itu. Entah apa yang ada dipikiranku, aku mencium kepalanya. Dia menoleh kepadaku tersenyum, kemudian kembali menonton tv.Keberanianku makin banyak, aku mencium kepalanya sekali lagi. Dia menoleh kearahku, kali ini aku tidak menyia-nyiakan kesempatan, aku mencium keningnya.vika menggeser badannya, mendekatkan mukanya ke mukaku. Melihat itu, tanpa ragu-ragu aku mengecup bibirnya. Hmm.. ternyata satu kecupan tidak cukup, aku memagut bibirnya, vika membalas ciumanku. Aku tambah semangat, apalagi vika membuka mulutnya, sehingga aku bisa menyedot bibir bawahnya. Sedotanku dibalas dengan sedotannya kebibir atasku.Ciuman kami makin panas saat lidahku bermain didalam mulutnya. Ternyata dia juga membalas dengan memainkan lidahnya. "Clop..clop..clop..." suara sedotan-sedotan ciuman kami. Aku mendorong tubuh vika untuk rebahan di sofa besar ini.Posisi kami sekarang lebih enak, vika terlentang dan aku diatasnya. Dengan posisi ini, tanganku lebih bebas. Perlahan tangan kananku keletakkan di payudaranya. Aku remas perlahan. "Hmmm..." lenguhnya agak marah. Aku tarik tanganku, takut vika marah atas kelakuanku. Setelah beberapa lama, aku beranikan lagi untuk menaruh tanganku kepayudaranya. Tiba-tiba tangan vika mencengkaram tanganku yang ada di payudaranya. Aku takut sekali vika marah, tapi ternyata....... vika malah menekan tanganku supaya meremas payudaranya.Atas "izinnya" itu aku mulai meremas-remas payudaranya dari luar kaosnya. Ciumanku tidak lepas selama aku meremas-remas payudara kiri dan kanan bergantian.Aku memberanikan diri untuk memasukkan tanganku dari bawah kausnya. Sekarang tanganku meremas-remas payudaranya dari luar branya. Hmm... kenyal dan bulat sekali payudara yang tak pernah dijamah orang lain ini. Tak puas meremas dari luar bra, aku selipkan tanganku kedalam branya dan meremas langsung ke payudaranya. "Akh...Akh..Akh..." lenguh vika saat aku mulai meremas-remas payudaranya."Sebentar yan..." vika bangkit, kemudian berusaha melepas kait branya yang berada dibelakang. Aku membantunya. Setelah terlepas, vika kembali rebahan. Aku mengangkat kaus Lia sehingga terlihat bra longgar karena sudah terlepas kaitnya. Aku angkat juga bra itu maka terlihatnya payudara liat yang bulat itu. Pentilnya coklat bersih terlihat membesar.Aku memberanikan diri untuk mengecup payudaranya. vika cuma terseyum. Kemudian aku mulai menyedot pentil itu sambil meremas-remasnya. "Akhhh... Akh...Akh..." lenguhan Lia makin keras. Ditambah tubuhnya makin tegang. Setiap aku menyedot payudaranya, vika membusungkan dadanya supaya bisa aku sedot. Cukup lama juga aku menyedot payudaranya, tubuh vika mengejang-ngejang keenakan.Nafsuku sudah naik diubun-ubun, aku sudah tidak tahan untuk menyetubuhinya, tapi aku berusaha menahan, vika masih perawan.Bosan dengan menyedot-nyedot payudaranya, aku naik keatas untuk mencium bibirnya. Tangan vika menuntun tanganku untuk meremas kembali payudaranya.Kali ini aku menggesek-gesekkan penisku yang masih ada didalam celana ke selangkangannya. Roknya tersingkap karena dia membuka pahanya lebar, gesekan penisku langsung ke celana dalamnya yang sudah mulai basah itu. Gesekan penisku mendapat respon, vika ikut menggoyang pinggulnya sehingga gesekan kami makin hebat. Sebenarnya kalau dilihat gerakan kami sudah seperti orang yang bersetubuh, cuma bedanya kami masih memakai pakaian lengkap, cuma kaos vika yang terangkat karena aku meremas payudaranya langsung.Aku membuka kancing celanaku, membuka reslting dan mengeluarkan penisku. Setelah penisku keluar, aku menusuk-nusukkan penisku ke celana dalamnya yang basah itu. Kalau celana dalam itu tidak ada, pasti penisku sudah menerobos lobang vagina perawan vika.Dengan gerakan tusuk-tusuk itu, vika makin mengelinjang. Aku sudah tidak mencium bibirnya, dia lebih memilih menggerak-gerakkan kepalanya sesuai goyangan selangkangannya sambil mengeluarkan suara-suara lenguhan "Ahh.. Ahh.. Ah...". Aku makin tidak tahan, aku meraba selangkangannya dari luar celana dalamnya. Hmmm.. basah sekali disitu.Aku nekat, aku menarik pinggir celana dalamnya sehingga vaginanya terbuka lebar, Aku gesekkan penisku ke belahan vagina vika, "Akhhhhh.. Akh... Akhh.." vika makin mengelinjang. Aku coba menusuk penis kevaginanya sedikit keras."Aduh !!!" teriak vika dan tangannya mendarat dipipiku "Plak !!". vika mendorong tubuhku kuat-kuat." kamu jahat !!!" pekiknya kemudian mulai menangis."Maafin aku vika Lia, aku kira kamu juga mau" kilahku." jahat, kita harusnya gak boleh melakukan ini" katanya sambil menangis."Maafin aku vika, aku khilaf. Aku terbawa nafsu" jawabku.vika menutup mukanya sambil menangis. Hmmn.... aku menarik nafas menyesal. Aku duduk disebelahnya mencoba untuk mengelus kepalanya, tapi tanganku ditepis. Akhirnya aku hanya duduk terdiam.Setelah beberapa lama, tangis Lia mereda, dia mulai membenahi bra dan pakaiannya, kemudian berkata "Ayo kita pulang..". Dia mengatakan itu dengan muka marah. Aku yang dibebani rasa bersalah mulai berkemas.Sepanjang perjalanan vika hanya terdiam dengan wajah muram sedikit marah. Akupun terdiam takut memancing kemarahan Lia lebih besar.-----------------------------------------------------------------Di puncak pass, aku berhenti." vika, kita makan dulu ya, dari tadi kita belum makan" ajakku ke Lia. Tapi Lia hanya membuang muka kepadaku. Akhirnya aku keluar mobil untuk membeli makanan kecil dan minuman." vika, aku minta maaf soal tadi siang. maaf ya.... Sekarang please makan dulu ya, kita belum makan dari tadi siang" kataku ke vika. vika hanya terdiam.Aku bukakan makanan dan aku taruh di depannya. Aku tidak mau memaksa, takut vika tambah marah. Aku memakan makananku sampai habis... aku lapar sekali." vika.... aku bener-bener minta maaf, please maafin aku ya" kataku. vika memandangku tajam. "Maaf ya..." ulangku. vika menghela nafas, kemudian berkata kecil "Iya aku maafin......". Aku terseyum kecil agak dipaksakan, kemudian aku pegang tangannya dan berkata lagi. "Aku nyesel banget, maafin aku ya udah kurang ajar sama kamu. Sekarang aku mohon kamu makan dulu ya" kataku.vika cuma tersenyum kecil sambil menggenggam tanganku. Kemudian dia mulai memakan makanannya.Selesai makan dan minum, Lia terdiam lagi merenung. Aku sungguh merasa tidak enak. " vika, ada masalah lagi ?" tanyaku. vika menggigit bibir bawahnya sambil menatapku. Tangannya ditekuk menutupi dadanya. Kemudian dia mendekatkan mulutnya ke telingaku dan berkata pelan..", aku mau yang kayak tadi siang lagi...."Aku sungguh terkejut. "Apa ???" tanyaku tercengang."Ya udah kalo gak mau" katanya ketus kemudian membalik badan membelakangiku.Aku shock, terdiam, kemudian menstater mobilku. Aku mengarahkan mobilku ke hotel yang ada didekat situ.Selama mendaftar untuk check in sampai kamar tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut kami berdua. Setelah pintu kututup, kami langsung berpelukan dengan erat." vika, sebenarnya aku sayang banget sama kamu" kataku di telinganya."Aku juga sayang kamu " jawabnya lemah.Aku mengecup bibirnya, vika membalas ciumanku. Tanpa canggung kali ini. Ciuman kami makin panas, ditambah aku juga meremas-remas payudaranya. "Hmnmm.. Hmmm.." lenguh vika tertahan.Aku mengangkat tubuh vika dan aku rebahkan ditempat tidur. Posisi kami sama seperti waktu di sofa, vika terlentang dengan paha terbuka dan aku menindih diatasnya. Ciuman kami teruskan. Aku mencoba melepas kait bra, tapi vika bertindak lebih. vika membuka kausnya. Aku melepaskan kait branya saat vika melengkungkan tubuhnya keatas, kemudia bra itu aku buang ke lantai.Aku murai meremas-remas payudara vika sambil menciuminya hebat. Kadang-kadang aku menjilati lehernya. vika cuma melenguh saat aku memainkan pentil payudaranya.vika berusaha membuka kausku, aku bantu dia dan membuang kaus itu ke lantai. Sekarang kami sudah setengan telanjang. Aku menciumi vika lagi, sekarang kami sudah kontak kulit langsung dibagian atas tubuh.Aku mulai menyedot-nyedot payudaranya. "Agh,.. agh.... aghk..." lenguhnya merespon sedotanku. Nafsuku sudah pol keubun-ubun, aku mencoba membuka rok yang menggangu itu. Lia membantu dengan mengangkat pinggulnya. Saat menurunkan rok itu, aku sekalian menurunkan celana dalamnya. Aku berdebar, takut vika marah lagi. Tapi dia tersenyum, Hmm... dia tersenyum dengan keadaan bugil !Aku naik keatas untuk menciumnya lagi, tapi ternyata vika lebih tertarik untuk membuka kancing celanaku. "Yan buka dong, masa aku aja" katanya. Aku berdiri dan melepaskan celana panjang dan celana dalamku.Saat aku kembali vika terlentang dengan mengatupkan pahanya. Aku berusaha membuka pahanya, dia malah tertawa. "Mau apa ?" katanya menggoda. "he..he..he.." tawaku, tapi akhirnya dia membuka pahanya juga. Kemudian aku menempatkan diri diantara kedua paha itu.Kemudian aku menggesek-gesekkan penisku dipermukaan vaginanya. "ehhh...ehh..." lenguh tertahan vika pelan." vika... aku masukin ya.." pintaku lembut. vika cuma mengangguk kecil sambil menggigit bibir bawahnya. "Nanti agak sakit kayak tadi, tapi cuma sebentar kok" kataku menenangkan dia yang terlihat gugup. "Pelan-pelan ya Yan.." katanya.Aku mengarahkan penisku ke vaginanya. Kemudian perlahan aku mulai mendorong penisku. "aaaakh..." rintih vika "sakit yan'. Aku menarik kembali kemudian perlahan mendorongnya lagi, kali ini lebih dalam. "sakiiiiitt....." rintih vika pelan. Hmmm sebenarnya aku kasihan, tapi bagaimana lagi, vagina vika sempit sekali dan agak kering karena dia gugup.Akhirnya aku dorong kuat. "AKHHHH..." teriak vika. "Sakit Yan....". Tapi penisku sudah masuk semua. Aku diamkan penisku supaya Lia tenang dulu. Aku mulai menciuminya dan meremas-remas payudaranya. Setelah beberapa lama sepertinya sakitnya sudah hilang, badannya bergetar lagi dan lenguhannya mulai keluar "Ah...ah...ahhh...".Aku coba menggoyang penisku perlahan, vaginanya terasa mulai basah. "Akh...akh.." lenguh vika yang sekarang menutup matanya. Merasa vaginanya sudah cukup basah, aku mulai menggoyang penisku lebih cepat. Lia hanya menggigit bibir bawahnya sambil menggerak-gerakkan kepalanya kekiri dan kekanan. Bahkan sekali-sekali tangannya memegang pantatku membantu menekan penisku kedalam vaginanya.Setelah beberapa lama dalam posisi itu, aku coba bangkit. "aaa... Rian mo kemana ?" kata vika sambil memelukku erat. Matanya memandangku dengan tatapan tidak rela. "Ganti posisi ya biar enak" kataku. "Gini aja yan, aku pengen dipeluk...please..." katanya memohon. Aku mengurungkan niatku dan memeluknya kembali dan memulai mengeluar masukkan penisku divaginanya. Hmm... mungkin vika memang perlu dipeluk supaya tenang, maklum kan ini pertama kalinya buat dia.Setelah sekian lama, aku mau mencoba gaya lain. Aku mengangkat badanku kembali " mo kemana ?" katanya lagi dengan nada lebih tinggi. Aku tetap mengangkat tubuhku, tubuh Lia ikut terangkat karena dia memelukku kuat. Akhirnya aku memilih untuk posisi duduk saja, dengan vika diatas panggkuanku. Aku mulai menggoyang pinggulku. " vika... ikut goyang ya, biar enak" kataku ke vika. vika mulai menggoyang pinggulnya. "Enak yan...." katanya dengan menggoyang pinggulnya lebih kencang. He..he..he.. kayaknya karena pinggulnya bebas dia menggoyang sesuai arah yang dia mau.Akhirnya aku rebahkan tubuhku menjadi terlentang. vika tetap menegakkan badannya dengan tanggannya menahan didadaku. Sekarang vika menaik turunkan tubuhnya, menghujamkan penisku ke vaginanya. Kadang-kadang dia memutar pinggulnya, sepertinya dia sudah mulai menemukan titik-titik nikmat vaginanya sendiriTak lama vika ambruk ke dadaku. "Aduh yan enak banget, tapi aku capek banget" katanya ngos-ngosan. Kemudian aku membalikkan tubuhnya supaya terlentang. Kini kembali aku diatasnya. Aku mulai menggenjot Lia lagi. Kali ini pinggulnya liar sekali. "Hgh..Hgh..Hgh...." lenguhnya dan tiba-tiba dia memelukku erat "AKHHHHH....." pekiknya. Lia mencapai orgasme pertamanya.Aku menghentikkan goyanganku, memberikan vika kesempatan menikmati orgasmenya. Perlahan pelukkannya di lepas dan tangannya direntangkan." aku udah..." katanya pelan. Aku cuma terseyum. Wah emang perawan ting-ting... . "Sedikit lagi ya vika..." pintaku halus. Dia cuma mengangguk pelan. Aku mulai mengoyang pinggulku lagi. He..he..he.. kali ini vika benar-benar diam tak bergerak, wah habis puas gak mau bantu aku nih Tapi karena vaginanya licin sekali, tak lama kemudian aku sudah tidak tahan. Aku cabut penisku dan memyemprotkan spermaku diatas perutnya."He..he..he.. lucu.." tawanya sambil mengusap-usap spermaku diperutnya. "Wah.... " kataku. "Ya udah kita bersihin dulu yuk" ajakku ke kamar madi.Setelah membersihkan badan dari kamar mandi, aku tidur terlentang di tempat tidur masih bugil. vika yang masih bugil mengikutiku dan tidur diatas dadaku. Kemudian aku menarik selimut untuk kami berdua."...." panggil vika yang masih tidur didadaku pelan."Ya sayang...?" jawabku.", kamu dah ngambil semuanya dari aku. Janji ya kamu mau nikahin aku" katanya manja.Aku terseyum padanya dan berkata "Tentu aja sayang..." kemudian aku mengecup keningnya.Kemudian kami berpelukan sampai tertidur.

Monday, August 21, 2006

Dina, teman kakakku

Ini adalah kisah pengalamanku bersama seorang gadis cantik, yang sebut saja namanya Dina. Aku pertama kali mengenalnya ketika aku diajak pergi ke rumahnya oleh kakakku. Waktu itu kulihat dia mengenakan kaos oblong yang cukup ketat berwarna hijau dan sebuah celana pendek jeans."Hm.., cukup seksi juga ni anak." batinku."Mbak, yang bener, masa ini adik Mbak? Kok agak beda?" katanya."Wah, kelihatan beda ya..? Emang kok semuanya bilang kalo adikku ini beda dengan aku, ya? Padahal ini adik kandungku lho..," kata kakakku."Wah! Sialan juga ni anak. baru kenal udah bilang kayak gitu." batinku rada dongkol.Memang sih, kalau dilihat-lihat aku agak berbeda dengan Mbakku, tapi itu kan wajar, karena dia cewek, dan aku cowok. Apalagi aku lebih tinggi sekitar 20 cm, sehingga kalau aku jalan bareng dengan kakakku sulit dicari mana kakak, dan mana adik.Aku adalah serang cowok dengan tinggi 175 cm dan berat 60 kg. Kata orang sih aku emang tidak terlalu ganteng, tapi manis. Biar begitu, aku banyak yang ngantri lho.... Aku sempat mencuri pandang ketika dia sedang asyik ngobrol dengan kakakku. Kulihat anaknya lumayan. Wajahnya manis, dan juga dapat dibilang cantik. Yang bikin tambah menarik adalah body-nya itu lho. Bikin nggak tahan! Payudaranya yang cukup montok, ukuran sekitar 35A. apalagi dengan kaosnya yang ketat itu. Wah, bikin hati orang deg-degan melihatnya. Pahanya juga tidak kalah seksi. Dengan dibalut sebuah celana pendek jeans yang ketat, benar-benar memperlihatkan paha yang putih mulus dan pinggul yang benar-benar seksi.Ketika aku menatap wajahnya, dia malah sedang menatapku, sehingga kami beradu pandang selama beberapa saat, membuatku tambah grogi."Ada apa? Apa ada yang salah dengan penampilanku?" katanya.Aku langsung salah tingkah, apalagi penisku sudah mulai mengeras."Huu, dasar kamu ini . Nggak bisa ngeliat cewek mulus sedikit aja, langsung deh matanya jelalatan!" kata kakakku."Abisnya kalian asyik ngobrol sendiri. Aku jadi nggak ada kerjaan deh." kataku memberi alasan.Ida hanya tersenyum saja, "Ya udah.., kamu ikutan ngobrol bareng kita disini."Begitulah, kemudian kami larut dalam obrolan kami. Dari situ kuketahui bahwa dia adalah seorang mahasiswi teknik sipil yang kuliah di salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta, angkatan 2003 (mahasiswa baru), satu kampus dengan kakakku. Itulah sekilas tentang pertemuanku dengan Dina, seorang cewek yang memberi sebuah pengalaman tentang sex.Ketika aku hendak mudik bareng kakakku, aku sempat kaget dengan seorang gadis manis yang berdiri di terminal bus. Ternyata gadis itu adalah Dina. Dia membawa sebuah tas ransel dan sepertinya dia hendak bepergian juga. Ketika ditanya, ternyata dia ingin ikut kami pergi ke kota kelahiran kami. Wah, pucuk dicinta ulam tiba, batinku."Aku bosan berada di yogya, panas dan sumpek! Aku pengen ke kotamu. Sekalian refresing menenangkan pikiran sehabis ujian. Bolehkan?""Tentu boleh dong, asal entar jangan nyesel. Soalnya kotanya kecil." kataku.Dan ternyata kakakku juga tidak keberatan. Maka jadilah kami bertiga mudik bersama.Sepanjang perjalanan kami ngobrol bersama. Ternyata dia lagi marahan dengan pacarnya. Oleh karena itu dia sengaja kabur untuk menghindari ketemu dengan cowoknya itu."Jangan-jangan, kamu ikut dengan kami tanpa seijin dia dulu, ya?" kataku yang sebenarnya kecewa berat karena dia sudah punya pacar, padahal aku akan bahagia banget kalau dia mau jadi pacarku."Ah..! Ngapain ngomong-ngomong dulu sama dia. Emang dia bosku apa, sampai ngatur-ngatur aku..!" katanya."Setuju..!" kata kakakku ikutan ngomong.Begitulah, tanpa terasa kami sampai juga ke tempat tujuan.Begitu sampai di rumah, aku langsung masuk kamar dan tertidur lelap. Hari esoknya kami bertiga keliling-keliling kota dan bersenang-senang. Kami jalan-jalan di sepanjang pantai sambil mejeng, siapa tahu dapat gandengan. Kami berada di kota kelahiranku selama empat hari. Hari terakhir kami putuskan untuk berada di rumah saja, untuk mengisi tenaga buat perjalanan kembali ke Yogja, karena hari-hari sebelumnya sudah kami isi dengan jalan-jalan ke seluruh tempat wisata di kota kelahiranku.Pagi itu aku bangun agak kesiangan. Keadaan rumahku pagi itu sangat sepi. Aku melihat kakakku sedang tertidur di sofa. Kedua orangtuaku sedang pergi ke kantor masing-masing seperti biasanya. Aku langsung mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi. Ketika aku membuka pintu kamar mandi, aku sangat kaget ketika melihat Ida yang ternyata juga sedang mandi. Dina juga sangat kaget, apalagi saat itu dia sedang asyiknya membersihkan kemaluannya. Aku saat itu hanya bisa terbelalak melihat tubuh mulusnya telanjang bulat tanpa sehelai benang pun menutupi tubuhnya yang aduhai itu.Aku melihat kedua gunung kembar yang montok dan kencang yang tidak pernah tersentuh tangan jahil, putih mulus dan mengkilat indah sekali, dengan kedua puting susu kecoklatan. Aku menurunkan pandanganku ke bawah, sehingga melihat dua buah bukit yang ranum merekah kemerah-merahan yang di atasnya ditumbuhi bulu-bulu halus bagaikan hutan cemara, membuatku sangat tegang dan tidak kuasa menahan hawa nafsu yang demikian besar. Aku langsung masuk ke kamar mandi dan menubruknya. Aku memeluknya dengan erat lalu mulai menciuminya secara bertubi-tubi. Dina meronta-ronta dengan perlakuanku itu.! Apa yang kau lakukan..? Jangan..! Uugh..! Lepaskan..! Kalau tidak, aku akan teriak..!"Dina meronta-ronta sambil berusaha mendorongku untuk lepas dari pelukanku. Tapi usahanya sia-sia, karena aku terus mendekapnya sekuat tenaga, sambil tanganku membungkam mulutnya takut kakakku bangun."Tenanglah Dina! Orang lain tidak akan tahu, karena hanya kita berdua saja yang ada di rumah ini. Sedangkan kakakku sedang tertidur pulas. Salahmu sendiri tidak mengunci kamar mandi." kataku sambil terus memeluknya dan membungkam mulutnya dengan mulutku.Ida yang tadinya terus meronta-ronta, akhirnya pertahanannya agak mengendur dan membalas ciumanku. Ciumannya tidak kalah dahsyat dengan ciumanku sambil memelukku dengan erat. Akhirnya kami berdua melumat bibir kami selama beberapa lama. Sambil melumat bibirku, Ida lalu mulai mengangkat kaosku dan menurunkan celana pendekku. Aku yang belum puas melumat bibirnya lalu kulanjutkan dengan menciumi lehernya dan kujilati bagian belakang telinganya."Aa... ah.. sst.. aahh..!" desahnya, membuatku semakin terangsang.Kemudian aku menurunkan kepalaku, lalu kupandangi dua buah payudara yang sudah kencang, yang kelihatan sangat menantang untuk dibelai. Aku langsung mendaratkan bibirku pada belahan dadanya, sementara kedua tanganku meraih kedua gunung kembar itu lalu kujilati kedua putingnya bergantian kiri dan kanan sambil meremas-remas payudara yang satunya. Puting susu itu kupelintir dengan mulutku sambil menghisapnya, dan sesekali menggigitnya perlahan, seperti yang kulihat di film-film porno. Perlakuanku ini membuat payudaranya menjadi sangat kencang dan membuat tubuh Ida menggelinjang tidak karuan sambil terus mendesah menahan nikmat."Aahh... sst.. aah.. enak sekali... aahhh..!"Aku tidak menghiraukan desahan menahan nikmatnya Ida, dan terus melakukan aksiku yang menggebu-gebu. Kemudian kuturunkan kepalaku sehingga wajahku tepat berada di depan vagina Dina. Kucium perlahan-lahan, segar sekali baunya."Aaahh.....!" desahnya sambil mengangkat pantatnya.Aku lalu membuka celah di antara kedua bukit dengan menggunakan kedua jari telunjuknya. Disitu kulihat vagina Dina yang dindingnya berdenyut-denyut sambil mengeluarkan cairan. Kusentuh cairan itu, agak lengket. Lalu aku menjulurkan lidahku ke dalam liang vaginanya, lalu kusapu seluruh permukaan dinding kemaluan Dina dengan lidahku, membuat Dina menggeliat-geliat bagai cacing kepanasan sambil tangannya menjambak rambutku dan menekan kepalaku seakan-akan tidak pernah akan melepaskannya.Matanya merem melek menahan nikmat, dan mulutnya tidak henti-hentinya mendesah."Aah.., sstsst... mmhhh... aahh... sst! Ya.., disitu Doll..! Eennaak....! Geli.. tapi enak..! Mmmh..!" desahnya ketika kujilati daging yang timbul sebesar kacang kedele di dalam vaginanya, yang baru-baru ini kuketahui namanya klitoris."Enak ya, Dina. Vaginamu enak rasanya, Di!" kataku yang terus menjilati liang vaginanya.Sesaat kemudian tubuh Ida menggelinjang semakin cepat."Oohh.., Doll..! Aku mau keluar, aku tak tahan lagi.., aooh.. sst aah..!" Dina mendesah panjang, dan dari dalam kemaluannya keluar cairan bening yang cukup banyak, sehingga masuk dan tertelan olehku.Aku cukup kaget karena belum pernah menelan cairan tersebut. Ternyata rasanya enak juga. Aku sudah dari tadi menahan tegangku ini, dan adik kecilku ini sudah menegang dan mengintip dari balik celana dalam. Langsung saja aku melepas CD-ku dan meminta Dina untuk berbaring di bathub. Semula Dina ragu ketika matanya melotot melihat penisku yang besar dan panjang itu. Penisku itu memang ukurannya diatas rata-rata.Aku yang sudah tidak tahan lagi untuk merasakan hangatnya liang vagina seorang perempuan, lalu merebahkan tubuh bugil musashidenz di atas bathub, dan membuka kedua pahanya leber-lebar. Seketika itu aku melihat kedua bukit yang kemerah-merahan merekah membuatku semakin terangsang untuk menyeruaknya dengan batang kemaluanku ini. Kemudian kusejajarkan tubuhku dengan tubuhnya sambil mengarahkan kepala penisku ke liang vaginanya. Kusentuhkan kepala penisku dengan vaginanya, rasanya hangat."Pelan-pelan ya,.!" katanya dengan pandangan yang memelas."Tentu dong, Sayang..!"Kemudian kutekan tubuhku pelan-pelan, ternyata susah sekali untuk dapat masuk. Entah berapa kali penisku terpeleset. Aku sampai kehabisan akal, sempit sekali vaginanya. Tapi aku langsung mendapat ide dengan melumasi penisku dengan sabun. Dina memandangiku sambil tersenyum geli.Kemudian kucoba lagi mengarahkan penisku, lalu menekannya pelan tapi pasti, ternyata berhasil. Ujung kepala penisku sudah masuk sedikit sekali. Kulihat dia meringis, kutahan sampai dia tidak meringis lagi. Lalu kutekan lagi, nah sepertiganya sudah masuk. Dia meringis lagi. Lalu kutarik perlahan, kutekan, kutarik, kutekan perlahan dengan penuh perasaan tapi pasti. Kulihat sudah setengahnya masuk."Aduuhh.. caakit, Doll.., sst... uhh..!" jeritnya.Aku juga merasa ngilu pada penisku. Lalu kudiamkan sebentar, kemudian kutarik perlahan-lahan, maju-mundur sambil kuciumi lehernya dan belahan dadanya."Ahh... eennakk... terrusss... Doolll... aahhh.. ohhh.. sshhsh... yang daallaamm.....!"Kemudian langsung kutekan dengan sekuat tenaga, sehingga penisku ini masuk dan seperti menembus sesuatu, "Bless...""Aduhh.. sakiitt.. duuhh..!" teriaknya, tapi langsung kubungkam mulutnya dengan mulutku dan melumat bibirnya dengan penuh perasaan sayang, takut kalau teriakannya itu membengunkan kakakku yang sedang tertidur."Duhh.... pelan-pelan dong.., kan sakit, adduhh..!" katanya dengan suara yang lirih.Aku kasihan padanya. Kemudian aku menciumui bibir, leher dan payudaranya untuk menghilangkan rasa sakit yang dialami oleh Ida akibat selaput daranya berhasil kurobek. Kemudian Dina mulai tenang dan mendesah nikmat, dan tangannya mendekapku dengan erat.Lalu aku mulai menarik penisku dan menekan perlahan-lahan sekali."Ahh... ennakk.. Doll... terus..! Ahhh.. oohhh..!" desahnya.Aku menekan pantatku maju mundur, dan terasa vaginanya semakin licin, sehingga aku semakin leluasa menggerakkan penisku semakin cepat. Terasa vaginanya berdenyut-denyut seperti memijat penisku, dan tidak mau lepas ketika kutarik. Sungguh luar biasa nikmatnya. Aku semakin mempercepat gerakanku dan kurasakan vaginanya semakin becek. Demikian juga Dina, mulai mengimbangi gerakanku. Dia menjepit pinggangku dengak kedua pahanya dan bergerak naik turun. Pantatnya sesekali bergerak ke kiri dan ke kanan sehingga penisku seperti terpelintir rasanya. Kepalanya juga bergoyang-goyang ke kiri dan ke kanan sambil terus mandesah.Kulihat payudaranya bergerak naik turun, sehingga langsung kulumat kudua susu yang semakin besar dan keras itu."Aahh... terruss.....! Terus..! Yang daleemm.., aahh... oohh... nikmat... oh... shsshh... aahhh..!" desahnya tidak karuan.Gerakan kami yang sangat erotis itu mengeluarkan bunyi becek yang membuat kami semakin menggebu-gebu untuk melampiaskan seluruh nafsu birahi kami yang sudah memuncak."Cleepp... cleeepp.. blueess... crott.. clepp.." kurang lebih begitulah bunyinya.Kami terus berpacu untuk mencapai puncak kenikmatan sampai keringat membasahi kedua tubuh bugil yang sangat erotis. Akhirnya setelah lima belas menit, Dina semakin cepat gerakannya dan jepitannya semakin kuat."Aku mau keluar... nih... sudah tak tahann.., aahhh..!" dia melenguh panjang sambil mendongak ke atas sambil menekan pantatnya keras-keras.Kemudian dia terkulai lemas di sisi bathub, tapi tangannya masih memelukku. Dia hanya dapat mendesah dan matanya merem-melek menahan nikmat ketika penisku kuhunjamkan, sambil dadanya naik turun.Aku kemudian mempercepat gerakanku. Beberapa saat kemudian aku mulai merasakan kalau penisku akan memuncratkan sesuatu."Aku mau kkeluar nih Dina..!" kataku.Aku kemudian hendak menariknya, tapi dia menahan sambil menjepit dengan pahanya. Dan kembali merangkulku dengan erat."Ayoo... keluarkan.. sajaa.... nggak.. pa-pa... ahh..!" katanya menahan nikmat.Karena sudah tidak tahan lagi, langsung kumuncratkan air mani ke dalam liang vaginanya."Oouughh... ahhh..!" desahku menahan nikmat yang tiada duanya di muka bumi ini."Crottt.. Crott... serr..!" sekitar 6 atau 7 kali lahar panas membasahi liang vagina milik Dina, sampai ada yang meleleh keluar vagina yang tidak mampu menahan seluruh air maniku.Sejurus kemudian kami berdua terkulai di bathub kelelahan. Kemudian aku membuka keran dan membasuh tubuh kami dengan air yang segar sekali rasanya. Lalu kami pun mandi bersama. Kubasuh tubuh mulus Dina dan kusabuni dia dari atas sampai ujung kaki. Kusabuni kedua payudaranya yang montok itu sambil kuremas-remas, sehingga kembali mengencang."Idih.. dari tadi kok cuma kamu yang aktif, aku juga pengen dong..!" pintanya.Dia lalu menyabuni penisku sambil mengocoknya, sehingga mulai mengeras dan tegak berdiri di depan wajahnya. Matanya melotot melihat burungku itu."Wah.., besar sekali burungmu ini... pantas saja aku tadi terasa sangat sakit dan perih..!" katanya sambil terus mengelus-elus penisku itu."Tapi nikmat sekali kan kalo sudah masuk..?" kataku."Iya.., enaknya bukan kepalang..!" timpalnya."Apalagi kalo kamu menghisapnya. Aku akan sangat suka sekali." kataku.Kemudian dia terdiam sambil menatap burungku itu. Dan disiramnya burungku itu dengan air, kemudian mulai menciumnya dan diteruskan dengan menjilati kepalanya, ke batang kembali ke kepala. Kemudian dia mengemut biji kemaluanku. Uuhh.., nikmat sekali rasanya. Dan dilanjutkan dengan megulum kepala penisku."Aahh... oohhh... enak sekali.., terus Ida..!" desahku keenakan ketika penisku dikulumnya.Dia seperti anak kecil yang asyik mengulum permen. Kemudian dijilatinya batanganku sampai ke bawah. Kadang-kadang diurut menggunakan gigi, disedot, wah seperti melayang-layang aku dibuatnya.Kemudian dia menatapku sambil membuka mulutnya lebih lebar, dan mulai memasukkan penisku dan berusaha menelannya. Lalu maju-mundur sambil terus menatapku, sabil menghisapnya. Persis seperti adegan di vcd-vcd porno."Aahh... nikmat... nahh.. begitu.. terus Ida.. yang kuat..!" kataku.Lama-kelamaan hisapannya semakin kuat. Aku memegang kepalanya dan menekan untuk menelan lebih dalam lagi. Hebat juga. Hampir seluruh penisku masuk ke mulutnya. Tapi kemudian dia tersedak, tapi tidak berhenti menghisap penisku maju mundur, semakin kuat.Aku tidak tahan dengan gerakannya itu, lalu muncratlah air maniku ini untuk yang kedua kalinya."Crrott... croot.. swerr..!" karena saking banyaknya, sampai tidak muat di mulutnya, dan sampai tertelan olehnya."Gimana rasanya Dina, enak..?" tanyaku."Enak juga.. agak asin." katanya sambil terus berusaha menelannya.Aku kasihan melihatnya, sehingga kubantu dengan melumat bibirnya.Setelah mandi bersama, kami menuju kamar masing-masing dan tertidur lelap. Sampai sekarang kejadian itu hanya kami saja yang mengetahuinya. Dan sekarang di Yogja kami sudah resmi berpacaran dan sering mengulanginya baik di kontrakkanku maupun di rumahnya, bila rumahnya sepi.

Thursday, August 10, 2006

ketika cinta harus memilih

Aku lihat sekali lagi catatanku. Benar, itu rumah nomor 27. Pasti itu rumah Om Andri, kerabat jauh ayahku. Kuhampiri pintunya dan kutekan bel rumahnya. Tidak lama kemudian dari balik pintu muncul muka yang sangat cantik."Cari siapa Mas?" tanyanya."Apa betul ini rumah Om Andri? nama saya Dodi.""Oh.. sebentar yah, Pa.. ini Dodinya sudah datang", teriaknya ke dalam rumah.Kemudian aku dipersilakan masuk, dan setelah Om Andri keluar dan menyambutku dia pun berkata dengan ramah, "Dodi, papimu barusan sudah nelpon, nanyain apa kamu sudah datang. Ini kenalin, anak Om, namanya Rani, terus anterin Dodi ke kamarnya, kan dia cape, biar dia istirahat dulu, nanti baru deh ngobrol-ngobrol lagi." Aku datang ke kota ini karena diterima disalah satu Universitas, dan oleh papi aku disuruh tinggal dirumah Om Andri. Rani ternyata baru kelas 1 SMA. Dia anak tunggal. Badannya tidak terlalu tinggi, mungkin sekitar 165 cm, tapi mukanya sangat lucu, dengan bibir yang agak penuh. Di sini aku diberi kamar di lantai 2, bersebelahan dengan kamar Rani.Aku sekarang sudah 3 bulan tinggal di rumah Om Andri, dan karena semuanya ramah, aku jadi betah. Lebih lagi Rani. Kadang-kadang dia suka tanya-tanya pelajaran sekolah, dan aku berusaha membantu. Aku sering mencuri-curi untuk memperhatikan Rani. Kalau di rumah, dia sering memakai daster yang pendek hingga pahanya yang putih mulus menarik perhatianku. Selain itu buah dadanya yang baru mekar juga sering bergoyang-goyang di balik dasternya. Aku jadi sering membayangkan betapa indahnya badan Rani seandainya sudah tidak memakai apa-apa lagi.Suatu hari pulang kuliah sesampainya di rumah ternyata sepi sekali. Di ruang keluarga ternyata Rani sedang belajar sambil tiduran di atas karpet."Sepi sekali, sedang belajar yah? Tante kemana?" tanyaku."Eh.. Dodi, iya nih, aku minggu depan ujian, nanti aku bantuin belajar yah.., Mami sih lagi keluar, katanya sih ada perlu sampai malem.""Iya deh, aku ganti baju dulu."Kemudian aku masuk ke kamarku, ganti dengan celana pendek dan kaos oblong. Terus aku tidur-tiduran sebentar sambil baca majalah yang baru kubeli. Tidak lama kemudian aku keluar kamar, lapar, jadi aku ke meja makan. Terus aku teriak memanggil Rani mengajak makan bareng. Tapi tidak ada sahutan. Dan setelah kutengok ke ruang keluarga, ternyata Rani sudah tidur telungkup di atas buku yang sedang dia baca, mungkin sudah kecapaian belajar, pikirku. Nafasnya turun naik secara teratur. Ujung dasternya agak tersingkap, menampakkan bagian belakang pahanya yang putih. Bentuk pantatnya juga bagus.Memperhatikan Rani tidur membuatku terangsang. Aku merasa kemaluanku mulai tegak di balik celana pendek yang kupakai. Tapi karena takut ketahuan, aku segera ke ruang makan. Tapi nafsu makanku sudah hilang, maka itu aku cuma makan buah, sedangkan otakku terus ke Rani. Kemaluanku juga semakin berdenyut. Akhirnya aku tidak tahan, dan kembali ke ruang keluarga. Ternyata posisi tidur Rani sudah berubah, dan dia sekarang telentang, dengan kaki kiri dilipat keatas, sehingga dasternya tersingkap sekali, dan celana dalam bagian bawahnya kelihatan. Celana dalamnya berwarna putih, agak tipis dan berenda, sehingga bulu-bulunya membayang di bawahnya. Aku sampai tertegun melihatnya. Kemaluanku tegak sekali di balik celana pendekku. Buah dadanya naik turun teratur sesuai dengan nafasnya, membuat kemaluanku semakin berdenyut. Ketika sedang nikmat-nikmat memandangi, aku dengar suara mobil masuk ke halaman. Ternyata Om Andri sudah pulang. Aku pun cepat-cepat naik kekamarku, pura-pura tidur.Dan aku memang ketiduran sampai agak sore, dan aku baru ingat kalau belum makan. Aku segera ke ruang makan dan makan sendirian. Keadaan rumah sangat sepi, mungkin Om dan Tante sedang tidur. Setelah makan aku naik lagi ke atas, dan membaca majalah yang baru kubeli. Sedang asyik membaca, tiba-tiba kamarku ada yang mengetuk, dan ternyata Rani."Dodi, aku baru dibeliin kalkulator nih, entar aku diajarin yah cara makainya. Soalnya rada canggih sih", katanya sambil menunjukkan kalkulator barunya."Wah, ini kalkulator yang aku juga pengin beli nih. Tapi mahal. Iya deh, aku baca dulu manualnya. Entar aku ajarin deh, kayaknya sih tidak terlalu beda dengan komputer", sahutku."Ya sudah, dibaca dulu deh. Rani juga mau mandi dulu sih", katanya sambil berlalu ke teras atas tempat menjemur handuk. Aku masih berdiri di pintu kamarku dan mengikuti Rani dengan pandanganku. Ketika mengambil handuk, badan Rani terkena sinar matahari dari luar rumah. Dan aku melihat bayangan badannya dengan jelas di balik dasternya. Aku jadi teringat pemandangan siang tadi waktu dia tidur. Kemudian sewaktu Rani berjalan melewatiku ke kamar mandi, aku pura-pura sedang membaca manual kalkulator itu. Tidak lama kemudian aku mulai mendengar suara Rani yang sedang mandi sambil bernyanyi-nyanyi kecil. Kembali imajinasiku mulai membayangkan Rani yang sedang mandi, dan hal itu membuat kemaluanku agak tegang. Karena tidak tahan sendiri, aku segera mendekati kamar mandi dan mencari cara untuk mengintipnya, dan aku menemukannya. Aku mengambil kursi dan naik di atasnya untuk mengintip lewat celah ventilasi kamar mandi. Pelan-pelan aku mendekatkan mukaku ke celah itu, dan ya Tuhan... aku! Melihat Rani yang sedang menyabuni badannya, mengusap-usap dan meratakan sabun ke seluruh lekuk tubuhnya. Badannya sangat indah, jauh lebih indah dari yang kubayangkan. Lehernya yang putih, pundaknya, buah dadanya, putingnya yang kecoklatan, perutnya yang rata, pantatnya, bulu-bulu di sekitar kemaluannya, pahanya, semuanya sangat indah. Dan kemaluanku pun menjadi sangat tegang.Tapi aku tidak berlama-lama mengintipnya, karena selain takut ketahuan, juga aku merasa tidak enak mengintip orang mandi. Aku segera ke kamarku dan berusaha menenangkan perasaanku yang tidak karuan.Malamnya sehabis makan, aku dan Om Andri sedang mengobrol sambil nonton TV, dan Om Andri bilang kalau besok mau keluar kota dengan istrinya seminggu. Dia pesan supaya aku membantu Rani kalau butuh bantuan. Tentu saja aku bersedia, malah jantungku menjadi berdebar-debar. Tidak lama kemudian Rani mendekati kita."Dodi, tolongin aku dong, ajarin soal-soal yang buat ujian, ayo!" katanya sambil menarik-narik tanganku. Aku mana bisa menolak. Aku pun mengikuti Rani berjalan ke kamarnya dengan diiringi Om Andri yang senyum-senyum melihat Rani yang manja. Beberapa menit kemudian kita sudah terlibat dengan soal-soal yang memang butuh konsentrasi. Rani duduk sedangkan aku berdiri di sampingnya. Aku bersemangat sekali mengajarinya, karena kalau aku menunduk pasti belahan dada Rani kelihatan dari dasternya yang longgar. Aku lihat Rani tidak pakai beha. Kemaluanku berdenyut-denyut, tegak di balik celana dan kelihatan menonjol. Aku merasa bahwa Rani tahu kalau aku suka curi melihat buah dadanya, tapi dia tidak berusaha merapikan dasternya yang semakin terbuka sampai aku bisa melihat putingnya. Karena sudah tidak tahan, sambil pura-pura menjelaskan soal aku merapatkan badanku sampai kemaluanku menempel ke punggungnya. Rani pasti juga bisa merasakan kemaluanku yang tegak. Rani sekarang cuma diam saja dengan muka menunduk."Rani, kamu cantik sekali.." kataku dengan suara yang sudah bergetar, tapi Rani diam saja dengan muka semakin menunduk. Kemudian aku meletakkan tanganku di pundaknya. Dan karena dia diam saja, aku jadi makin berani mengusap-usap pundaknya yang terbuka, karena tali dasternya sangat kecil. Sementara kemaluanku semakin menekan pangkal lengannya, usapan tanganku pun semakin turun ke arah dadanya. Aku merasa nafas Rani sudah memburu seperti suara nafasku juga. Aku jadi semakin nekad. Dan ketika tanganku sudah sampai kepinggiran buah dada, tiba-tiba tangan Rani mencengkeram dan menahan tanganku. Mukanya mendongak kearahku."Dodi aku mau diapain.." Rintihnya dengan suara yang sudah bergetar. Melihat mulutnya yang setengah terbuka dan agak bergetar-getar, aku jadi tidak tahan lagi. Aku tundukkan muka, kemudian mendekatkan bibirku ke bibirnya. Ketika bibir kita bersentuhan, aku merasakan bibirnya yang sangat hangat, kenyal, dan basah. Aku pun melumat bibirnya dengan penuh perasaan, dan Rani membalas ciumanku, tapi tangannya belum melepas tanganku. Dengan pelan-pelan badan Rani aku bimbing, aku angkat agar berdiri berhadapan denganku. Dan masih sambil saling melumat bibir, aku peluk badannya dengan gemas. Buah dadanya keras menekan dadaku, dan kemaluanku juga menekan perutnya.Pelan-pelan lidahku mulai menjulur menjelajah ke dalam mulutnya, dan mengait-ngait lidahnya, membuat nafas Rani semakin memburu, dan tangannya mulai mengusap-usap punggungku. Tanganku pun tidak tinggal diam, mulai turun ke arah pinggulnya, dan kemudian dengan gemas mulai meremas-remas pantatnya. Pantatnya sangat empuk. Aku remas-remas terus dan aku semakin rapatkan kebadanku hingga kemaluanku terjepit perutnya. Tidak lama kemudian tanganku mulai ke atas pundaknya. Dengan gemetar tali dasternya kuturunkan dan dasternya turun ke bawah dan teronggok di kakinya. Kini Rani tinggal memakai celana dalam saja. Aku memeluknya semakin gemas, dan ciumanku semakin turun. Aku mulai menciumi dan menjilat-jilat lehernya, dan Rani mulai mengerang-erang. Tangannya mengelus-elus belakang kepalaku.Tiba-tiba aku berhenti menciuminya. Aku renggangkan pelukanku. Aku pandangi badannya yang setengah telanjang. Buah dadanya bulat sekali dengan puting yang tegak bergetar seperti menantangku. Kemudian mulutku pelan-pelan kudekatkan ke buah dadanya. Dan ketika mulutku menyentuh buah dadanya, Rani mengerang lagi lebih keras sambil mendongakkan kepalanya, dan menekan pantat dan dadanya ke arahku. Nafsuku semakin naik. Aku ciumi susunya dengan ganas, putingnya aku mainkan dengan lidahku, dan susunya yang sebelah aku mainkan dengan tanganku."Aduuhh.. aahh.. aahh", Rani semakin merintih-rintih ketika dengan gemas putingnya aku gigit-gigit sedikit. Badannya menggeliat-geliat membuatku semakin bernafsu untuk terus mencumbunya. Tangan Rani kemudian menelusup kebalik bajuku dan mengusap kulit punggungku."Dodiii.. aahh.. baju kamu dibuka dong.. aahh.." Akupun mengikuti keinginannya. Tapi selain baju, celana juga kulepas, hingga aku juga cuma pakai celana dalam. Mulutnya kembali kucium dan tanganku memainkan susunya. Penisku semakin keras karena Rani menggesek-gesekkan pinggulnya sembari mengerang-erang. Tanganku mulai menyelinap ke celana dalamnya. Bulu kemaluannya aku usap-usap, dan kadang aku garuk-garuk. Aku merasa vaginanya sudah basah ketika jariku sampai ke mulut vaginanya. Dan ketika tanganku mulai mengusap clitorisnya, ciumannya di mulutku semakin liar. Mulutnya mengisap mulutku dengan keras. Clitorisnya kuusap, kuputar-putar, makin lama semakin kencang, dan semakin kencang. Pantat Rani ikut bergoyang, dan semakin rapat menekan, sehingga penisku semakin berdenyut. Sementara clitorisnya masih aku putar-putar, jariku yang lain juga mengusap bibir vaginanya. Rani menggelinjang semakin keras, dan pada saat tanganku mengusap semakin kencang, tiba-tiba tanganku dijepit dengan pahanya,dan badan Rani tegang sekali dan tersentak-sentak selama beberapa saat."aahh aahh Dodiii.. adduuuhh aahh aahh aahh",Dan setelah beberapa saat akhirnya jepitannya berangsur semakin mengendur. Tapi mulutnya masih mengerang-erang dengan pelan."Dod.. aku boleh yah pegang punya kamu", tiba-tiba bisiknya di kupingku. Aku yang masih tegang sekali merasa senang sekali."Iyaa.. boleh.." bisikku. Kemudian tangannya kubimbing ke celana dalamku."Aahh..." Akupun mengerang ketika tangannya menyentuh penisku. Terasa nikmat sekali. Rani juga terangsang lagi, karena sambil mengusap-usap kepala penisku, mulutnya mengerang di kupingku. Kemudian mulutnya kucium lagi dengan ganas. Dan penisku mulai di genggam dengan dua tangannya, di urut-urut dan cairan pelumas yang keluar diratakan keseluruh batangku. Badanku semakin menegang. Kemudian penisku mulai dikocok-kocok, semakin lama semakin kencang, dan pantatnya juga ikut digesekkan kebadanku. Tidak lama kemudian aku merasa badanku bergetar, terasa ada aliran hangat di seluruh tubuhku, aku merasa aku sudah hampir orgasme."Raannniii.. aku hampir keluar.." bisikku yang membuat genggamannya semakin erat dan kocokannya makin kencang."Aahh.. Ranniii.. uuuhh.. aahh.." akhirnya dari penisku memancar cairan yang menyembur kemana-mana. Badanku tersentak-sentak. Sementara penisku masih mengeluarkan cairan, tangan Rani tidak berhenti mengurut-urut, sampai rasanya semua cairanku sudah diperas habis oleh tangannya. Aku merasa sperma yang mengalir dari sela-sela jarinya membuat Rani semakin gemas. Spermaku masih keluar untuk beberapa saat lagi sampai aku merasa lemas sekali.Akhirnya kita berdua jatuh terduduk di lantai. Dan tangan Rani berlumuran spermaku ketika dikeluarkan dari celana dalamku. Kita berpandangan, dan bibirnya kembali kukecup, sedangkan tangannya aku bersihkan pakai tissue. Dan secara kebetulan aku melihat ke arah jam."Astaga, sekarang sudah jam 11! Wah, sudah malam sekali nih, aku ke kamarku dulu yah, takut Om curiga nanti.." kataku sembari berharap mudah-mudahan suara desahan kita tidak sampai ke kuping orang tuanya. Setelah Rani mengangguk, aku bergegas menyelinap ke kamarku.Malam itu aku tidur nyenyak sekali.Pagi itu aku bangun kesiangan, seisi rumah rupanya sudah pergi semua. Aku pun segera mandi dan berangkat ke kampus. Meskipun hari itu kuliah sangat padat, pikiranku tidak bisa konsentrasi sedikit pun, yang kupikirkan cuma Rani. Aku pulang ke rumah sekitar jam 3 sore, dan rumah masih sepi. Kemudian ketika aku sedang nonton TV di ruang keluarga sehabis ganti baju, Rani keluar dari kamarnya, sudah berpakaian rapi. Dia mendekat dan mukanya menunduk."Dodi, kamu ada acara nggak? Temani aku nonton dong..""Eh.. apa? Iya, iya aku tidak ada acara, sebentar yah aku ganti baju dulu" jawabku, dan aku buru-buru ganti baju dengan jantung berdebaran. Setelah siap, aku pun segera mengajaknya berangkat. Rani menyarankan agar kita pergi dengan mobilnya. Aku segera mengeluarkan mobil, dan ketika Rani duduk di sebelahku, aku baru sadar kalau dia pakai rok pendek, sehingga ketika duduk ujung roknya makin ke atas. Sepanjang perjalanan ke bioskop mataku tidak bisa lepas melirik kepahanya.Sesampainya di bioskop, aku beranikan memeluk pinggangnya, dan Rani tidak menolak. Dan sewaktu mengantri di loket kupeluk dia dari belakang. Aku tahu Rani merasa penisku sudah tegang karena menempel di pantatnya. Rani meremas tanganku dengan kuat. Kita memesan tempat duduk paling belakang, dan ternyata yang menonton tidak begitu banyak, dan di sekeliling kita tidak ditempati. Kami segera duduk dengan tangan masih saling meremas. Tangannya sudah basah dengan keringat dingin, dan mukanya selalu menunduk. Ketika lampu mulai dipadamkan, aku sudah tidak tahan, segera kuusap mukanya, kemudian kudekatkan ke mukaku, dan kita segera berciuman dengan gemasnya. Lidahku dan lidahnya saling berkaitan, dan kadang-kadang lidahku digigitnya lembut. Tanganku segera menyelinap ke balik bajunya. Dan karena tidak sabar, langsung saja kuselinapkan ke balik behanya, dan susunya yang sebelah kiri aku remas dengan gemas. Mulutku langsung dihisap dengan kuat oleh Rani. Tanganku pun semakin gemas meremas susunya, memutar-mutar putingnya, begitu terus, kemudian pindah ke susu yang kanan, dan Rani mulai mengerang di dalam mulutku, sementara penisku semakin meronta menuntut sesuatu.Kemudian tanganku mulai mengelus pahanya, dan kuusap-usap dengan arah semakin naik ke atas, ke pangkal pahanya. Roknya kusingkap ke atas, sehingga sambil berciuman, di keremangan cahaya, aku bisa melihat celana dalamnya. Dan ketika tanganku sampai di selangkangannya, mulut Rani berpindah menciumi kupingku sampai aku terangsang sekali. Celana dalamnya sudah basah. Tanganku segera menyelinap ke balik celana dalamnya, dan mulai memainkan clitorisnya. Kuelus-elus pelan-pelan, kuusap dengan penuh perasaan, kemudian kuputar-putar, semakin lama semakin cepat. Tiba-tiba tangannya mencengkram tanganku, dan pahanya juga menjepit telapak tanganku, sedangkan kupingku digigitnya sambil mendesis-desis. Badannya tersentak-sentak beberapa saat."Dodi.. aduuuhh.. aku tidak tahan sekali.. berhenti dulu yaahh.. nanti di rumah ajaa.." rintihnya. Aku pun segera mencabut tanganku dari selangkangannya."Dodi.. sekarang aku mainin punya kamu yaahh.." katanya sambil mulai meraba celanaku yang sudah menonjol. Kubantu dia dengan kubuka ritsluiting celana, kemudian tangannya menelusup, merogoh, dan ketika akhirnya menggenggam penisku, aku merasa nikmat luar biasa. Penisku ditariknya keluar celana, sehingga mengacung tegak."Dodi.. ini sudah basah.. cairannya licin.." rintihnya di kupingku sambil mulai digenggam dengan dua tangan. Tangan yang kiri menggenggam pangkal penisku, sedangkan yang kanan ujung penisku dan jari-jarinya mengusap-usap kepala penis dan meratakan cairannya."Rani.. teruskan sayang.." kataku dengan ketegangan yang semakin menjadi-jadi. Aku merasa penisku sudah keras sekali. Rani meremas dan mengurut penisku semakin cepat. Aku merasa spermaku sudah hampir keluar. Aku bingung sekali karena takut kalau sampai keluar bakal muncrat kemana-mana."Rani.. aku hampir keluar nih.., berhenti dulu deh.." kataku dengan suara yang tidak yakin, karena masih keenakan."Waahh.. Rani belum mau berhenti.. punya kamu ini bikin aku gemes.." rengeknya."Terus gimana.., apa enaknya kita pulang saja yuk..!" ajakku, dan ketika Rani mengangguk setuju, segera kurapikan celanaku, juga pakaian Rani, dan segera kita keluar bioskop meskipun filmnya belum selesai. Di mobil tangan Rani kembali mengusap-usap celanaku. Dan aku diam saja ketika dia buka ritsluitingku dan menelusupkan tangannya mencari penisku. Aduh, rasanya nikmat sekali. Dan penisku makin berdenyut ketika dia bilang, "Nanti aku boleh yah nyiumin ininya yah.." Aku pengin segera sampai kerumah.Dan, akhirnya sampai juga. Kita berjalan sambil berpelukan erat-erat. Sewaktu Rani membuka pintu rumah, dia kupeluk dari belakang, dan kuciumi samping lehernya. Tanganku sudah menyingkapkan roknya ke atas, dan tanganku meremas pinggul dan pantatnya dengan gemas. Rani kubimbing ke ruang keluarga. Sambil berdiri kuciumi bibirnya, kulumat habis mulutnya, dan dia membalas dengan sama gemasnya. Pakaiannya kulucuti satu persatu sambil tetap berciuman. Sambil melepas bajunya, aku mulai meremasi susunya yang masih dibalut beha. Dengan tak sabar behanya segera kulepas juga. Kemudian roknya, dan terakhir celana dalamnya juga kuturunkan dan semuanya teronggok di karpet.Badannya yang telanjang kupeluk erat-erat. Ini pertama kalinya aku memeluk seorang gadis dengan telanjang bulat. Dan gadis ini adalah Rani yang sering aku impikan tapi tidak terbayangkan untuk menyentuhnya. Semuanya sekarang ada di depan mataku. Kemudian tangan Rani juga melepaskan bajuku, kemudian celana panjangku, dan ketika melepas celana dalamku, Rani melakukannya sambil memeluk badanku. Penisku yang sudah memanjang dan tegang sekali segera meloncat keluar dan menekan perutnya. Uuuhh, rasanya nikmat sekali ketika kulit kita yang sama-sama telanjang bersentuhan, bergesekan, dan menempel dengan ketat. Bibir kita saling melumat dengan nafas yang semakin memburu. Tanganku meremas pantatnya, mengusap punggungnya, mengelus pahanya, dan meremasi susunya dengan bergantian. Tangan Rani juga sudah menggenggam dan mengelusi penisku. Badan Rani bergelinjangan, dan dari mulutnya keluar rintihan yang semakin membangkitkan birahiku. Karena rumah memang sepi, kita jadi mengerang dengan bebas.Kemudian sambil tetap meremasi penisku, Rani mulai merendahkan badannya, sampai akhirnya dia berlutut dan mukanya tepat di depan selangkanganku. Matanya memandangi penisku yang semakin keras di dalam genggamannya, dan mulutnya setengah terbuka. Penisku terus dinikmati, dipandangi tanpa berkedip, dan rupanya makin membuat nafsunya memuncak. Mulutnya perlahan mulai didekatkan ke kepala penisku. Aku melihatnya dengan gemas sekali. Kepalaku sampai terdongak ketika akhirnya bibirnya mengecup kepala penisku. Tangannya masih menggenggam pangkal penisku, dan mengelusnya pelan-pelan. Mulutnya mulai mengecupi kepala penisku berulang-ulang, kemudian memakai lidahnya untuk meratakan cairan penisku. Lidahnya memutar-mutar, kemudian mulutnya mulai mengulum dengan lidah tetap memutari kepala penisku. Aku semakin mengerang, dan karena tidak tahan, kudorong penisku sampai terbenam kemulutnya. Aku rasa ujungnya sampai ketenggorokannya. Rasanya nikmat sekali. Kemudian pelan-pelan penisku disedot-sedot dan dimaju mundurkan di dalam mulutnya. Rambutnya kuusap-usap dan kadang-kadang kepalanya aku tekan-tekan agar penisku semakin nikmat. Isapan mulutnya dan lidahnya yang melingkar-lingkar membuat aku merasa sudah tidak tahan. Apalagi sewaktu Rani melakukannya semakin cepat, dan semakin cepat, dan semakin cepat.Ketika akhirnya aku merasa spermaku mau muncrat, segera kutarik penisku dari mulutnya. Tapi Rani menahannya dan tetap menghisap penisku. Maka aku pun tidak bisa menahan lebih lama lagi, spermaku muncrat di dalam mulutnya dengan rasa nikmat yang luar biasa. Spermaku langsung ditelannya dan dia terus menghisapi dan menyedot penisku sampai spermaku muncrat berkali-kali. Badanku sampai tersentak-sentak merasakan kenikmatan yang tiada taranya. Meskipun spermaku sudah habis, mulut Rani masih terus menjilat. Akupun akhirnya tidak kuat lagi berdiri dan akhirnya dengan nafas sama-sama tersengal-sengal kita berbaring di karpet dengan mata terpejam."Thanks ya Ran, tadi itu nikmat sekali", kataku berbisik."Ah.. aku juga suka kok.., makasih juga kamu ngebolehin aku mainin kamu."Kemudian ujung hidungnya kukecup, matanya juga, kemudian bibirnya. Mataku memandangi tubuhnya yang terbaring telanjang, alangkah indahnya. Pelan-pelan kuciumi lehernya, dan aku merasa nafsu kami mulai naik lagi. Kemudian mulutku turun dan menciumi susunya yang sebelah kanan sedangkan tanganku mulai meremas susu yang kiri. Rani mulai menggeliat-geliat, dan erangannya membuat mulut dan tanganku tambah gemas memainkan susu dan putingnya. Aku terus menciumi untuk beberapa saat, dan kemudian pelan-pelan aku mulai mengusapkan tanganku keperutnya, kemudian ke bawah lagi sampai merasakan bulu kemaluannya, kuelus dan kugaruk sampai mulutnya menciumi kupingku. Pahanya mulai aku renggangkan sampai agak mengangkang. Kemudian sambil mulutku terus menciumi susunya, jariku mulai memainkan clitorisnya yang sudah mulai terangsang juga. Cairan vaginanya kuusap-usapkan ke seluruh permukaan vaginanya, juga ke clitorisnya, dan semakin licin clitoris dan vaginanya, membuat Rani semakin menggelinjang dan mengerang. clitorisnya kuputar-putar terus, juga mulut vaginanya bergantian."Ahh.. Dodiii.. aahh.. terusss... aahh.. sayaanggg.." mulutnya terus meracau sementara pinggulnya mulai bergoyang-goyang. Pantatnya juga mulai terangkat-angkat. Aku pun segera menurunkan kepalaku ke arah selangkangannya, sampai akhirnya mukaku tepat di selangkangannya. Kedua kakinya kulipat ke atas, kupegangi dengan dua tanganku dan pahanya kulebarkan sehingga vagina dan clitorisnya terbuka di depan mukaku. Aku tidak tahan memandangi keindahan vaginanya. Lidahku langsung menjulur dan mengusap clitoris dan vaginanya. Cairan vaginanya kusedot-sedot dengan nikmat. Mulutku menciumi mulut vaginanya dengan ganas, dan lidahku kuselip-selipkan ke lubangnya, kukait-kaitkan, kugelitiki, terus begitu, sampai pantatnya terangkat, kemudian tangannya mendorong kepalaku sampai aku terbenam di selangkangannya. Aku jilati terus, clitorisnya kuputar dengan lidah, kuhisap, kusedot, sampai Rani meronta-ronta. Aku merasa penisku sudah tegak kembali, dan mulai berdenyut-denyut."Dodii.. aku tidak tahan.. aduuhh.. aahh.. enaakk sekaliii.. " rintihnya berulang-ulang.Mulutku sudah berlumuran cairan vaginanya yang semakin membuat nafsuku tidak tertahankan. Kemudian kulepaskan mulutku dari vaginanya. Sekarang giliran penisku kuusap-usapkan ke clitoris dan bibir vaginanya, sambil aku duduk mengangkang juga. Pahaku menahan pahanya agar tetap terbuka. Rasanya nikmat sekali ketika penisku digeser-geserkan di vaginanya. Rani juga merasakan hal yang sama, dan sekarang tangannya ikut membantu dan menekan penisku digeser-geserkan di clitorisnya."Raniii.. aahh.. enakkk.. aahh..""aahh.. iya.. eeennaakkk sekaliii.."Kita saling merintih. Kemudian karena penisku semakin gatal, aku mulai menggosokkan kepala penisku ke mulut vaginanya. Rani semakin menggelinjang. Akhirnya aku mulai mendorong pelan sampai kepala penisku masuk ke vaginanya."Aduuuhh.. Dodii.. saakiiitt.. aadduuuhh.. jaangaann.." rintihnya"Tahan dulu sebentar... Nanti juga hilang sakitnya.." kataku membujukKemudian pelan-pelan penisku aku keluarkan, kemudian kutekan lagi, kukeluarkan lagi, kutekan lagi, kemudian akhirnya kutekan lebih dalam sampai masuk hampir setengahnya. Mulut Rani sampai terbuka tapi sudah tidak bisa bersuara.Punggungnya terangkat dari karpet menahan desakan penisku. Kemudian pelan-pelan kukeluarkan lagi, kudorong lagi, kukeluarkan lagi, terus sampai dia tenang lagi. Akhirnya ketika aku mendorong lagi kali ini kudorong sampai amblas semuanya ke dalam. Kali ini kita sama-sama mengerang dengan keras. Badan kita berpelukan, mulutnya yang terbuka kuciumi, dan pahanya menjepit pinggangku dengan keras sekali sehingga aku merasa ujung penisku sudah mentok ke dinding vaginanya. Kita tetap berpelukan dengan erat saling mengejang untuk beberapa saat lamanya. Mulut kami saling menghisap dengan kuat. Kita sama-sama merasakan keenakan yang tiada taranya. Setelah itu pantatnya sedikit demi sedikit mulai bergoyang, maka aku pun mulai menggerakkan penisku pelan-pelan, maju, mundur, pelan, pelan, semakin cepat, semakin cepat, dan goyangan pantat Rani juga semakin cepat."Dodii.. aduuuhh.. aahh.. teruskan sayang.. aku hampir niihh.." rintihnya."Iya.. nihh.. tahan dulu.. aku juga hampirr.. kita bareng ajaa.." kataku sambil terus menggerakkan penis semakin cepat. Tanganku juga ikut meremasi susunya kanan dan kiri. Penisku semakin keras, kuhunjam-hunjamkan ke dalam vaginanya sampai pantatnya terangkat dari karpet. Dan aku merasa vaginanya juga menguruti penisku di dalam. Penisku kutarik dan kutekan semakin cepat, semakin cepat.. dan semakin cepat.. dannn.."Raaniii.. aku mau keluar niihh..""Iyaa.. keluarin saja.. Rani juga keluar sekarang niiihh."Aku pun menghunjamkan penisku keras-keras yang disambut dengan pantat Rani yang terangkat ke atas sampai ujung penisku menumbuk dinding vaginanya dengan keras. Kemudian pahanya menjepit pahaku dengan keras sehingga penisku makin mentok, tangannya mencengkeram punggungku. Vaginanya berdenyut-denyut. Spermaku memancar, muncrat dengan sebanyak-banyaknya menyirami vaginanya."aahh... aahh.. aahh.." kita sama-sama mengerang, dan vaginanya masih berdenyut, mencengkeram penisku, sehingga spermaku berkali-kali menyembur. Pantatnya masih juga berusaha menekan-nekan dan memutar sehingga penisku seperti diperas. Kita orgasme bersamaan selama beberapa saat, dan sepertinya tidak akan berakhir. Pantatku masih ditahan dengan tangannya, pahanya masih menjepit pahaku erat-erat, dan vaginanya masih berdenyut meremas-remas penisku dengan enaknya sehingga sepertinya spermaku keluar semua tanpa tersisa sedikitpun."aahh.. aahh.. aduuuhh..." Kita sudah tidak bisa bersuara lagi selain mengerang-erang keenakan.Ketika sudah mulai kendur, kuciumi Rani dengan penis masih di dalam vaginanya. Kita saling berciuman lagi untuk beberapa saat sambil saling membelai. Kuciumi terus sampai akhirnya aku menyadari kalau Rani sedang menangis. Tanpa berbicara kita saling menghibur. Aku menyadari bahwa selaput daranya telah robek karena penisku. Dan ketika penisku kucabut dari sela-sela vaginanya memang mengalir darah yang bercampur dengan spermaku. Kita terus saling membelai, dan Rani masih mengisak di dadaku, sampai akhirnya kita berdua tertidur kelelahan dengan berpelukan.Aku terbangun sekitar jam 11 malam, dan kulihat Rani masih terlelap di sampingku masih telanjang bulat. Segera aku bangun dan kuselimuti badannya pelan-pelan. Kemudian aku segera ke kamar mandi, kupikir shower dengan air hangat pasti menyegarkan. Aku membiarkan badanku diguyur air hangat berlama-lama, dan memang menyegarkan sekali. Waktu itu kupikir aku sudah mandi sekitar 20 menit, ketika aku merasa kaget karena ada sesuatu yang menyentuh punggungku. Belum sempat aku menoleh, badanku sudah dilingkari sepasang tangan. Ternyata Rani sudah bangun dan masuk ke kamar mandi tanpa kuketahui. Tangannya memelukku dari belakang, dan badannya merapat di punggungku."Aku ikut mandi yah..?" katanya.Aku tidak menjawab apa-apa. Hanya tanganku mengusap-usap tangannya yang ada di dadaku, sambil menenangkan diriku yang masih merasa kaget. Sambil tetap memelukku dari belakang, Rani mengambil sabun dan mulai mengusapkannya di dadaku. Nafsuku mulai naik lagi, apalagi aku juga merasakan susunya yang menekan punggungku. Usapan tangan Rani mulai turun ke arah perutku, dan penisku mulai berdenyut dan berangsur menjadi keras. Tidak lama kemudian tangan Rani sampai di selangkanganku dan mulai mengusap penisku yang semakin tegak. Sambil menggenggam penisku, Rani mulai menciumi belakang leherku sambil mendesah-desah, dan badannya semakin menekan badanku. Selangkangan dan susunya mulai digesek-gesekkan ke pantat dan punggungku, dan tangannya yang menggenggam penisku mulai meremas-remas dan digerakkan ke pangkal dan kepala penisku berulang-ulang sehingga aku merasakan kenikmatan yang luar biasa."Raniii oohh.. nikmat sekali sayang.""Dodiii uuuhh", erangnya sambil lidahnya semakin liar menciumi leherku. Aku yang sudah merasa gemas sekali segera menarik badannya, dan sekarang posisi kita berbalik. Aku sekarang memeluk badannya dari belakang, kemudian pahanya kurenggangkan sedikit, dan penisku diselinapkan di antara pahanya, dan ujungnya yang nongol di depan pahanya langsung di pegang lagi oleh Rani. Tangan kiriku segera meremasi susunya dengan gemas sekali, dan tangan kananku mulai meremasi bulu kemaluannya. Kemudian ketika jari tangan kananku mulai menyentuh clitorisnya, Rani pun mengerang semakin keras dan pahanya menjepit penisku, dan pantatnya mulai bergerak-gerak yang membuat aku semakin merasa nikmat. Mukanya menengok ke arahku, dan mulutnya segera kuhisap dengan keras. Lidah kami saling membelit, dan jari tanganku mulai mengelusi clitorisnya yang semakin licin. Kepala penisku juga mulai dikocok-kocok dengan lembut."Rani aku tidak tahan nih aduuuhh.""Iya Dod.. aku juga sudah tidak tahan.. uuuhh.. uuuhh."Badan Rani segera kubungkukkan, dan kakinya kurenggangkan. Aku segera mengarahkan dan menempelkan ujung penisku ke arah bibir vaginanya yang sudah menganga lebar menantang."Dodi.. cepat masukkan sayang cepat uuhh ayoo." Aku yang sudah gemas sekali segera menekan penisku sekuat tenaga sehingga langsung amblas semua sampai ke dasar vaginanya. Rani menjerit keras sekali. Mukanya sampai mendongak."aahh.. kamu kasar sekali.. aduuhh sakit aduuhh.." Aku yang sudah tidak sabar mulai menggerakkan penisku maju mundur, kuhunjam-hunjamkan dengan kasar yang membuat Rani semakin keras mengerang-erang. Susunya aku remas-remas dengan dua tanganku. Tidak lama kemudian Rani mulai menikmati permainan kita, dan mulai menggoyangkan pantatnya. Vaginanya juga mulai berdenyut meremasi penisku. Aku menjadi semakin kasar, dan penisku yang sudah keras sekali terus mendesak dasar vaginanya. Dan kalau penisku sedang maju membelah vaginanya, tanganku juga menarik pantatnya ke belakang sehingga penisku menghunjam dengan kuat sekali. Tapi tiba-tiba Rani melepaskan diri."hh sekarang giliranku aku sudah hampir sampai." katanya. Kemudian aku disuruh duduk selonjor di lantai di antara kaki Rani yang mulai menurunkan badannya. Penisku yang mengacung ke atas mulai dipegang Rani, dan di arahkan ke bibir vaginanya.Tiba-tiba Rani menurunkan badannya duduk di pangkuanku sehingga penisku langsung amblas ke dalam vaginanya. Kita sama-sama mengerang dengan keras, dan mulutnya yang masih menganga kuciumi dengan gemas. Kemudian pantatnya mulai naik turun, makin lama makin keras. Rani melakukannya dengan ganas sekali. Pantatnya juga diputar-putar sehingga aku merasa penisku seperti dipelintir."Dodii.. aku.. aku.. sudah.. hampirrr, uuuhh..." Erangnya sambil terus menghunjam-hunjamkan pantatnya. Mulutku beralih dari mulutnya ke susunya yang bulat sekali. Putingnya kugigit-gigit, dan lidahku berputar menyapu permukaan susunya. Susunya kemudian kusedot dan kukenyot dengan keras, membuat gerakan Rani semakin liar. Tidak lama kemudian Rani menghunjamkan pantatnya dengan keras sekali dan terus menekan sambil memutar pantatnya."Sekaranggg aahh sekaranggg Dodi, sekaranggg", Rani berteriak-teriak sambil badannya berkelojotan. Vaginanya berdenyutan keras sekali. Mulutnya menciumi mulutku, dan tangannya memelukku sangat keras. Rani orgasme selama beberapa detik, dan setelah itu ketegangan badannya berangsur mengendur."Dod, makasih yah.., sekarang aku pengin ngisep boleh yah..?" katanya sambil mengangkat pantatnya sampai penisku lepas dari vaginanya. Rani kemudian menundukkan mukanya dan segera memegang penisku yang sangat keras, berdenyut, dan ingin segera memuntahkan air mani. Mulutnya langsung menelan senjataku sampai menyentuh tenggorokannya. Tangannya kemudian mengocok pangkal penisku yang tidak muat di mulutnya. Kepalanya naik turun mengeluar-masukkan penisku. Aku benar-benar sudah tidak tahan. Ujung penisku yang sudah sampai di tenggorokannya masih aku dorong-dorong. Tanganku juga ikut mendesakkan kepalanya. Lidahnya memutari penisku yang ada dalam mulutnya. "Raniii isap terus terusss hampirr terusss yyyaa sekaranggg sekarangg.. issaapp..", Rani yang merasa penisku hampir menyemburkan sperma semakin menyedot dengan kuat. Dan..."aahh.. sekaranggg.. sekaranggg.. issaappp.." spermaku menyembur dengan deras berkali-kali dengan rasa nikmat yang tidak berkesudahan. Rani dengan rakusnya menelan semuanya, dan masih menyedot sperma yang masih ada di dalam penis sampai habis. Rani terus menyedot yang membuat orgasmeku semakin nikmat. Dan setelah selesai, Rani masih juga menjilati penisku, spermaku yang sebagian tumpah juga masih di jilati.Kemudian setelah beristirahat beberapa saat, kami pun meneruskan mandi sambil saling menyabuni. Setiap lekuk tubuhnya aku telusuri. Dan aku pun semakin menyadari bahwa badannya sangat indah. Setelah itu kami tidur berdua sambil terus berpelukan.Pagi-pagi ketika aku bangun ternyata Rani sudah berpakaian rapi, dan dia cantik sekali. Dia mengenakan rok mini dan baju tanpa lengan yang serasi dengan kulitnya yang halus. Dia mengajakku belanja ke Mall karena persediaan makanan memang sudah habis. Maka aku pun segera mandi dan bersiap-siap.Di perjalanan dan selama berbelanja kita saling memeluk pinggang. Siang itu aku menikmati jalan berdua dengannya. Kita belanja selama beberapa jam, kemudian kita mampir ke sebuah Café untuk makan siang. Di dalam mobil dalam perjalanan pulang kita ngobrol-ngobrol tentang semua hal, dari masalah pelajaran sekolah sampai hal-hal yang ringan. Ketika ngobrol tentang sesuatu yang lucu, Rani tertawa sampai terpingkal-pingkal, dan saking gelinya sampai kakinya terangkat-angkat. Dan itu membuat roknya yang pendek tersingkap. Aku pun sembari menyetir, karena melihat pemandangan yang indah, meletakkan tanganku ke pahanya yang terbuka."Ayo.. nakal yah.." kata Rani, bercanda."Tapi suka kan?" kataku sambil meremas pahanya. Kami pun sama-sama tersenyum. Mengusap-usap paha Rani memang memberi sensasi tersendiri, sampai aku merasa penisku menjadi tegang sendiri."Dodi.. sudah kamu nyetir saja dulu, tuh kan itunya sudah bangun.. pingin lagi yah? Rani jadi pengin ngelusin itunya nih.." kata Rani menggodaku. Aku cuma senyum menanggapinya, dan memang aku sudah kepingin mencumbunya lagi."Dodi, bajunya dikeluarin dong dari celana, biar tanganku ketutupan. Dipegang yah?" Aku semakin nyengir mendengarnya. Tapi karena memang kepingin, dan memang lebih aman begitu dari pada aku yang meneruskan aksiku. Sambil menyetir aku pun mengeluarkan ujung bajuku dari celanaku. Kemudian tanpa menunggu, tangan Rani langsung menyelinap ke balik bajuku, ke arah selangkanganku. Tangannya mencari-cari penisku yang semakin tegang."Ati-ati, masih siang nih, kalau ada orang nanti tangan kamu ditarik yah!" kataku. Rani diam saja, dan kemudian tersenyum ketika tangannya menemukan apa yang dicari-cari. Tangannya kemudian mulai meremas penisku yang masih di dalam celana. Penisku semakin tegang dan berdenyut-denyut. Karena terangsang juga, Rani mulai berusaha membuka ritsluiting celanaku, dan kemudian menyelinapkan tangannya, dan mulai memegang kepala penisku. Cairan pelumas yang mulai keluar diusap-usapkan ke kepala dan batang penisku."Dodi.. aku pengin ngisep ininya.. aku pengin ngisep sampai kamu keluar dimulutku.." katanya sambil agak mendesah. Aku juga ingin segera merasakan apa yang dia ingini. Yang ada di otakku adalah segara sampai di rumah, dan segera mencumbunya.Tapi harapan kita ternyata tidak segera terwujud karena sesampainya di rumah, ternyata orang tua Rani sudah pulang. Kita cuma saling berpandangan dan tersenyum kecewa."Eh, sudah pada pulang yah.." Rani menyapa mereka."Iya nih, ada perubahan acara mendadak. Makanya sekarang cape banget. Nanti malem ada undangan pesta, makanya sekarang mau istirahat dulu. Kamu masak dulu saja ya sayang.. sudah belanja kan?" kata maminya Rani."Iya deh, sebentar Rani ganti baju dulu. Eh, Dodi, katanya kamu pengin belajar masak, ayo, sekalian bantuin aku", kata Rani sambil tersenyum penuh arti. Aku cuma mengiyakan dan ke kamarku ganti pakaian dengan celana pendek dan T-shirt. Kemudian aku ke dapur dan mengeluarkan belanjaan dan memasukkannya ke lemari es. Tidak lama kemudian Rani menyusul ke dapur. Dia pun sudah berganti pakaian, dan sekarang memakai daster kembang-kembang. Tante juga ikut-ikutan menyiapkan bahan makanan dan Rani mulai mengajariku memasak."Sudah Mami istirahat saja sana, kan ini juga sudah ada yang ngebantuin.." kata Rani."Iya deh, emang Mami cape banget sih, sudah yah, Mami mau coba istirahat saja", kata Maminya Rani sambil keluar dari dapur. Aku yang sedang memotongi sayuran cuma tersenyum. Setelah beberapa saat, Rani tiba-tiba memelukku dari belakang, tangannya langsung ditelusupkan ke dalam celanaku dan memegang penisku yang masih tidur."Eh.. kok ininya bobo lagi.. Rani bangunin yah?" tangannya dikeluarkan kemudian Rani mengambil salad dressing yang ada di depanku, masih sambil merapatkan badannya dari belakangku. Kemudian salad dressingnya dituangkan ke tangannya, dan langsung menyelinap lagi ke celana dan dioleskan ke penisku yang langsung menegang. Sambil merapatkan badannya, susunya menekan punggungku, Rani mulai meremasi penisku dengan dua tangannya. Nikmat yang aku rasakan sangat luar biasa. Aku segera melingkarkan tangan ke belakang, meremas pantatnya yang bulat itu. Tanganku aku turunkan sampai ke ujung dasternya, kemudian kusingkapkan ke atas sambil meremas pahanya dengan gemas. Ketika sampai di pangkal pahanya, aku baru menyadari kalau Rani ternyata sudah tidak memakai celana dalam. Maka tanganku menjadi semakin gemas meremasi pantatnya, dan kemudian menelusuri pahanya ke depan sampai ke selangkangannya. Jari-jariku segera membuka belahan vaginanya dan mulai memainkan clitorisnya yang sudah sangat basah terkena cairan yang semakin banyak keluar dari vaginanya. Tangan Rani juga semakin liar meremas, meraba dan mengocok penisku."Rani.. sana diliat dulu, apa Om dan Tante memang sudah tidur.." kataku berbisik karena merasa agak tidak aman. Rani kemudian melepaskan pegangannya dan keluar dapur.Tidak lama kemudian Rani kembali dan bilang semuanya sudah tidur. Aku segera memeluk Rani yang masih ada di pintu dapur, kemudian pelan-pelan pintu kututup dan Rani kupepet ke dinding. Kita berciuman dengan gemasnya dan tangan kita langsung saling menelusup dan memainkan semua yang ditemui. Penisku langsung ditarik keluar oleh Rani dan aku segera menyingkap dasternya ke atas, kemudian kaki kirinya kuangkat ke pinggulku, dan selangkangannya yang menganga langsung kuserbu dengan jari-jariku. Tangan Rani menuntun penisku ke arah selangkangannya, menyentuhkan kepala penisku ke belahan vaginanya dan terus-terusan menggosok-gosokkannya. Untuk mencegah agar Rani tidak mengerang, mulutnya terus kusumbat dengan mulutku. Kemudian karena sudah tidak tahan, aku segera mengarahkan penisku tepat ke mulut vaginanya, dan menekan pelan-pelan, terus ditekan, terus ditekan sampai seluruh batangnya amblas. Kaki Rani satunya segera kuangkat juga ke pinggangku, sehingga sekarang dua kakinya melingkari pinggangku sambil kupepet di dinding. Kita saling mengadu gerakan, aku maju-mundurkan penisku, dan Rani berusaha menggoyang-goyangkan pantatnya juga. Vaginanya berdenyutan terasa meremasi batang penisku. Tidak lama kemudian aku merasa Rani hampir orgasme. Denyutan vaginanya semakin keras, badannya semakin tegang dan isapan mulutnya di mulutku semakin kuat. Kemudian aku merasa Rani orgasme. Kontraksi otot vaginanya membuat penisku merasa seperti diurut-urut dan aku juga merasa hampir mencapai orgasme. Setelah orgasme, gerakan Rani tidak liar lagi, dia cuma mengikuti gerakan pantatku yang masih menghunjam-hunjamkan penisku dan mendesakkan badannya ke dinding.Kemudian sementara penisku masih di dalam dan kaki Rani masih di pinggangku, aku melangkah ke arah meja dapur dan duduk di salah satu kursi, sehingga sekarang Rani ada di pangkuanku dengan punggung menyandar di meja dapur. Selama beberapa saat kita cuma berdiam diri saja. Rani masih menikmati sisa kenikmatan orgasmenya dan menikmati penisku yang masih di dalam vaginanya. Sementara aku menikmati sekali posisi ini, dan menikmati melihat Rani ada di pangkuanku. Tanganku mengusap-usap pahanya dan menyingkapkan dasternya ke atas sampai melihat bulu kemaluan kami yang saling menempel. Belahan vaginanya kubuka dan aku melihat pemandangan yang sangat indah. Penisku hanya kelihatan pangkalnya karena seluruh batangnya masih di dalam vagina Rani, dan di atasnya aku melihat clitorisnya yang sangat basah. Jari-jariku mulai mengusap-usap clitorisnya sampai Rani mulai mendesis-desis lagi, dan pantatnya mulai bergerak lagi, berputar dan mendesakkan penisku menjadi semakin masuk. Aku merasa vaginanya mulai berdenyutan lagi meremas-remas penisku. Karena gemas, kadang-kadang clitorisnya kupelintir dan kucubit-cubit.Kemudian dasternya kusingkap semakin ke atas sampai aku melihat susunya yang menantangku untuk segera memainkannya. Dengan tak sabar segera susunya yang kiri kulumat dengan mulutku, yang membuat kepala Rani mendongak merasakan kenikmatan itu. Sambil melumati susunya, lidahku juga memainkan putingnya yang sudah sangat tegang. Kadang-kadang putingnya juga kugigit-gigit kecil dengan gemas. Tanganku dua-duanya meremasi pantatnya yang bulat."Ya Tuhan Dodiii aahh aahh", rintihnya di kupingku, sambil kadang menjilati dan menggigit kupingku."Dodii.. aahh.. aku hampir dapet lagii.. ahh.., terus gitu sayang", rintihnya dengan gerakan yang semakin liar. Pantatnya semakin keras menekan dan berputaran, yang membuat penisku juga seperti dipelintir dengan lembut. Aku pun menuruti dan terus memberikan kenikmatan dengan terus memainkan susunya bergantian yang kiri dan kanan, dan tanganku juga ikut memainkan puting susunya, sampai Rani tiba-tiba menggigit kupingku dengan keras dan setelah menghentakkan pantatnya dia memelukku dengan eratnya."hh Dodddiii.. hh. hh." Aku merasakan Rani orgasme untuk kedua kalinya dan lebih hebat dari yang pertama. Denyutan vaginanya keras sekali dan berlangsung selama beberapa detik, dan kenikmatan yang aku rasakan membuatku merasa sudah hampir orgasme. Tapi setelah orgasme, ternyata Rani masih ingat keinginannya untuk menghisap penisku."Dodi.. jangan dikeluarin dulu.. nanti di mulutku saja yah". Maka setelah turun dari pangkuanku, Rani segera jongkok di depanku dan langsung mengulum penisku. Lidahnya memutari batangnya dan mulutnya menyedot-nyedot membuat aku merasa orgasmeku sudah sangat dekat. Tanganku memegang belakang kepala Rani, dan kutekan agar penisku semakin masuk di mulutnya, kemudian aku juga membantu memasuk-keluarkan penisku di mulutnya, dan"aahh Rani aku keluarrr terus isaappp.. aahh.." dan memang Rani dengan lahapnya terus menghisap spermaku yang langsung berhamburan masuk ke tenggorokannya. Penisku yang masih mengeluarkan sperma terus disedot dan dikenyot-kenyot dan pangkal penisku juga terus-terusan dikocok-kocok. Orgasmeku kali ini kurasakan sangat luar biasa.Setelah itu kita kembali berciuman, dan kembali meneruskan memasak."Dodi.. makasih yah, tapi aku belum puas, habis kurang bebas sih, entar malem lagi yah..!" aku yang merasa hal yang sama cuma mengangguk."Ran, aku nanti malem pengin menikmati seluruh tubuhmu.""Maksudmu..? apa selama ini belum?""Aku pengin melakukan hal yang lain sama kamu.., tunggu saja..""Ihh.. apaan sih.., Rani jadi merinding nih", kata Rani sambil memperlihatkan bulu-bulu tangannya yang memang berdiri, dan sambil tersenyum aku mengelusi tangannya. Kemudian badannya kupeluk dari belakang dengan lembut. Aku merasa bahagia sekali