Sunday, August 06, 2006

Pembantuku Rina

Selama aku tinggal di rumah kontrakan, aku mengenal seorang pembantu rumah tangga, sebut saja Rina. Dia juga pelayan di toko milik majikannya, jadi setiap aku atau istriku belanja, Rina yang melayani kami. Dia seorang gadis desa, kulit tubuhnya hitam manis namun bodinya seksi untuk ukuran seorang pembantu rumah tangga di daerah kami tinggal, jadi dia sering digoda pembantu laki-laki, tapi aku yang bisa mencicipi kehangatan tubuhnya. Inilah yang kualami dari 5 bulan lalu sampai saat ini.Suatu hari ketika aku mau ambil laundry di rumah majikan Yarmi dan kebetulan dia sendiri yang melayaniku."Rina, bisa tolong saya cariin pembantu...""Untuk di rumah Bapak...?""Untuk di apartemen saya, nanti saya gaji 1 juta.""Wah gede tuh Pak, yach nanti Rina cariin... kabarnya minggu depan ya Pak.""Ok deh, makasih yah ini uang untuk kamu, jasa cariin pembantu...""Wah.. banyak amat Pak, makasih deh.."Kutinggal Yarmi setelah kuberi 300 ribu untuk mencarikan pembantu untuk apartemenku, aku sangat perlu pembantu karena banyak tamu dan client-ku yang sering datang ke apartemenku dan aku juga tidak pernah memberitahukan apartemenku pada istriku sendiri, jadi sering kewalahan melayani tamu-tamuku.Dua hari kemudian, mobilku dicegat Yarmi ketika melintas di depan rumah majikannya."Malam Pak...""Gimana Rin, sudah dapat apa belum temen kamu?""Pak, saya aja deh.. habis gajinya lumayan untuk kirim-kirim ke kampung.""Loh, nanti Ibu Ina, marah kalau kamu ikut saya.""Nggak.. apa-apa deh Pak, nanti saya yang bilang sama Ibu.""Ya, sudah kalau ini keputusanmu, besok pagi kamu saya jemput di ujung jalan sini lalu kita ke apartemen.""Ok... Pak."Keesokan pagi kujemput Rina di ujung jalan dan kuantarkan ke apartemenku. Begitu sampai Yarmi terlihat bingung karena istriku tidak mengetahui atas keberadaan apartemenku."Tugas saya apa Pak...?""Kamu hanya jaga apartemen ini, ini kunci kamu pegang satu, saya satu dan ini uang, kamu belanja dan masak yang enak untuk lusa karena temen-temen saya mau main ke sini.""Baik Pak..."Dengan perasaan agak tenang kutinggalkan Rina aku senang karena kalau ada tamu aku tidak akan capai lagi karena sudah ada Rina yang membantuku di apartemen.Keesokannya sepulang kantor, aku mampir ke apartemen untuk mengecek persiapan untuk acara besok, tapi aku jadi agak cemas ketika pintu apartemen kuketuk berkali-kali tidak ada jawaban dari dalam. Pikiranku khawatir atas diri Rina kalau ada apa-apa, tapi ketika kubuka pintu dan aku masuk ke dalam apartemenku terdengar suara dari kamar mandiku yang pintunya terbuka sedikit. Kuintip dari sela pintu kamar mandi dan terlihatlah dengan jelas pemandangan yang membuat diriku terangsang. Rina sedang mengguyur badannya yang hitam manis di bawah shower, satu tangannya mengusap payudaranya dengan busa sabun sedangkan satu kakinya diangkat ke closet dimana tangan satunya sedang membersihkan selangkangannya dengan sabun.Pemandangan yang luar biasa indah membuat nafsu birahiku meningkat dan kuintip lagi, kali ini Rina menghadap ke arah pintu dimana tangannya sedang meremas-remas payudaranya yang ranum terbungkus kulit sawo matang dan putingnya sesekali dipijatnya, sedangkan bulu-bulu halus menutupi liang vaginanya diusap oleh tangannya yang lain, hal ini membuat dia merem-melek. Pemandangan seorang gadis kira-kira 19 tahun dengan lekuk tubuh yang montok nan seksi, payudara yang ranum dihiasi puting coklat dan liang vagina yang menonjol ditutupi bulu halus sedang dibasahi air dan sabun membuat nafsu birahi makin meningkat dan tentu saja batangku mulai mendesak dari balik celana kantorku.Melihat nafsuku mulai berontak dengan cepat kutanggalkan seluruh pakaian kerjaku di atas sofa, dengan perlahan kubuka pintu kamar mandiku, Rina yang sudah kembali membelakangiku, perlahan kudekati Rina yang membasuh sabun di bawah shower. Secara tiba-tiba tubuhnya kupeluk dan kuciumi leher dan punggungnya. Rina yang terkaget-kaget berusaha melepaskan tanganku dari tubuhnya. "Akh.. jangan Pak.. jangan.. tolong Pak..." Karena tenaganya lemah sementara aku yang makin bernafsu, akhirnya Rina melemaskan tenaganya sendiri karena kalah tenaga dariku. Bibir tebal dan merekah sudah kulumatkan dengan bibirku, tanganku yang satu membekap tubuhnya sambil menggerayangi payudaranya, sedangkan tanganku yang satunya telah mendarat di pangkal pahanya, vaginanya pun sudah kuremas."Ahhh.. ahhh.. jja. jjangan.. Pak...""Tenang sayang.. nanti juga enak..."Aku yang sudah makin buas menggerayangi tubuhnya bertubi-tubi membuatRina mengalah dan Rina pun membalas dengan memasukkan lidahnya ke mulutku sehingga lidah kami bertautan, Rina pun mulai menggelinjang di saat jariku kumasukan ke liang vaginanya. "Arghh.. arghh... enak.. Pak.. argh..." Tubuh Rina kubalik ke arahku dan kutempelkan pada dinding di bawah shower yang membasahi tubuh kami. Setelah mulut dan lehernya, dengan makin ke bawah kujilati akhirnya payudaranya kutemukan juga, langsung kuhisap kukenyot, putingnya kugigit. Payudaranya kenyal sekali seperti busa. Rina makin menggelinjang karena tanganku masih merambah liang vaginanya. "Argh.. akkkhh... akhh... terus.. Pak... enak... terus..." Aku pun mulai turun ke bawah setelah payudara, aku menjilati seluruh tubuhnya, badan, perut dan sampailah ke selangkangannya dimana aku sudah jongkok sehingga bulu halus yang menutupi vaginanya persis di hadapanku, bau harum tercium dari vaginanya.Aku pun kagum karena Yarmi merawat vaginanya sebaik-baiknya. Bulu halus yang menutupi vaginanya kubersihkan dan kumulai menjilati liang vaginanya. "Ssshh.. sshh.. argh.. aghh... aw... sshhh.. trus... Pak.. sshh... aakkkhh..." Aku makin kagum pada Rina yang telah merawat vaginanya karena selain bau harum, vagina Rina yang masih perawan karena liangnya masih rapat, rasanya pun sangat menyegarkan dan manis rasa vaginaRina. Jariku mulai kucoba dengan sesekali masuk liang vagina Yarmi diselingi oleh lidahku. Rasa manis vagina Rina yang tiada habisnya membuatku makin menusukkan lidahku makin ke dalam sehingga menyentuh klitorisnya yang dari sana rasa manis itu berasal. Rina pun makin menggelinjang dan meronta-ronta keenakan tapi tangannya malah menekan kepalaku supaya tidak melepaskan lidahku dari vaginanya."Auwwwhhh... aahhh... terus.. sedappp... Pakkkh...""Rin... vaginamu sedap sekali... kalau begini... setiap malam aku pingin begini terus...""Mmm.. yah.. Pak.. terus.. Pak... oohhh..."Rin makin menjerit keenakan dan menggelinjang karena lidahku kupelintir ke dalam vaginanya untuk menyedot klitorisnya. Setelah hampir 30 menit vagina Yarmi kusedot-sedot, keluarlah cairan putih kental dan manis serta menyegarkan membanjiri vagina Rina, dan dengan cepat kujilat habis cairan itu yang rasanya sangat sedap dan menyegarkan badan."Ooohhh... ough... arghhh... sshh.. Pak, Rinai... keluar.. nihhh... aahhh... sshh...""Rin... cairanmu... mmmhh... sedap.. sayang... boleh.. saya masukin sekarang... batang saya ke vagina kamu? mmhh.. gimana sayang...""Hmmm... boleh Pak.. asal.. Ibu nggak tahu..."Rina pun lemas tak berdaya setelah cairan yang keluar dari vaginanya banyak sekali tapi dia seakan siap untuk dimasuki vaginanya oleh batangku karena dia menyender dinding kamar mandi tapi kakinya direnggangkan. Aku pun langsung mendempetnya dan mengatur posisi batangku pada liang vaginanya. Setelah batangku tepat di liang vaginanya yang hangat, dengan jariku kubuka vaginanya dan mencoba menekan batangku untuk masuk vaginanya yang masih rapat."Ohhh... Yarmi.. vaginamu rapat sekali, hangat deh rasanya... saya jadi makin suka nih...""Mmmmhh... mhhh.. Pak.. perih.. Pak... sakit...""Sabar.. sayang.. nanti juga enak kok, sabar ya..."Berulang kali kucoba menekan batangku memasuki vagina Yarmi yang masih perawan dan Yarmi pun hanya menjerit kesakitan, setelah hampir 15 kali aku tekan keluar-masuk batangku akhirnya masuk juga ke dalam vagina Rina walaupun hanya masuk setengahnya saja. Tapi rasa hangat dari dalam vagina Rina sangat mengasyikan dimana belum pernah aku merasakan vagina yang hangat melebihi kehangatan vagina Rina membuatku makin cepat saja menggoyangkan batangku maju-mundur di dalam vagina Rina."Rin, vaginamu hangat sekali, batangku rasanya di-steam-up sama vaginamu...""Iya.. Pak, tapi masih perih Pak...""Sabar ya sayang..."Kukecup bibirnya untuk menahan rasa perih vagina Rina yang masih rapat alias perawan sedang dimasuki batangku yang besarnya 25 cm dan berdiameter 7 cm, wajar saja kalau Rina menjerit kesakitan. Payudaranya pun sudah menjadi bulan-bulanan mulutku, kujilat, kukenyot, kusedot dan kugigit putingnya. "Ahh.. ahhh.. aah.. aww... Pak... iya Pak.. enak deh.. rasanya ada yang nyundul ke dalam memek Rina .. aahh..." Rina yang sudah merasakan kenikmatan ikut juga menggoyangkan pinggulnya maju-mundur mengikuti iramaku. Hal ini membuatku merasa menemukan kenikmatan tiada tara dan membuat makin masuk lagi batangku ke dalam vaginanya yang sudah makin melebar.Kutekan batangku berkali-kali hingga rasanya menembus hingga ke perutnya dimana Rina hanya bisa memejamkan mata saja menahan hujaman batangku berkali-kali. Air pancuran masih membasahi tubuh kami membuatku makin giat menekan batangku lebih ke dalam lagi. Muka Rina yang basah oleh air shower membuat tubuh hitam manis itu makin mengkilat sehingga membuat nafsuku bertambah yaitu dengan menciumi pipinya dan bibirnya yang merekah. Lidahku kumasukan dalam mulutnya dan membuat lidah kami bertautan, Rina pun membalas dengan menyedot lidahku membuat kami makin bernafsu. "Mmmhh... mmmhhh... Pak.. batangnya nikmat sekali, Rina jadi.. mmauu... tiap malam seperti ini.. aaakh... aakkhh.. Paaakkhh.. Rina keeluuaarrr.. nniihh..."Akhirnya bobol juga pertahanan Rina setelah hampir satu jam dia menahan seranganku dimana dari dalam vaginanya mengeluarkan cairan kental yang membasahi batangku yang masih terbenam di dalam vaginanya, tapi rupanya selain cairan, ada darah segar yang menetes dari vaginanya dan membasahi pahanya dan terus mengalir terbawa air shower sampai ke lantai kamar mandi dan lemaslah tubuhnya, dengan cepat kutahan tubuhnya supaya tidak jatuh. Sementara aku yang masih segar bugar dan bersemangat tanpa melihat keadaan Rina, dimana batangku yang masih tertancap di vaginanya. Kuputar tubuhnya sehingga posisinya doggy style, tangannya kutuntun untuk meraih kran shower, sekarang kusodok dari belakang. Pantatnya yang padat dan kenyal bergoyang-goyang mengikuti irama batangku yang keluar-masuk vaginanya dari belakang.Vagina Rina makin terasa hangat setelah mengeluarkan cairan kental dan membuat batangku terasa lebih diperas-peras dalam vaginanya. Hal itu membuatku merasakan nikmat yang sangat sehingga aku pun memejamkan mata dan melenguh. "Ohhh... ohhh.. Rin.. vaginamu sedap sekali, baru kali ini aku merasakan nikmat yang sangat luar biasa... aakkh.. aakkhh... sshhh..." Rina tidak memberi komentar apa-apa karena tubuhnya hanya bertahan saja menerima sodokan batangku ke vaginanya, dia hanya memegangi kran saja. Satu jam kemudian meledaklah pertahanan Yarmi untuk kedua kalinya dimana dia mengerang, tubuhnya pun makin merosot ke bawah dan cairan kental dengan derasnya membasahi batangku yang masih terbenam di vaginanya. "Akhhh... aakkhh... Pak... Pakkhh... nikmattthhh..."Setelah tubuhnya mengelepar dan selang 15 menit kemudian gantian tubuhku yang mengejang dan meledaklah cairan kental dari batangku dan membasahi liang vagina Rina dan muncrat ke rahim Rina, yang disusul dengan lemasnya tubuhku ke arah Rina yang hanya berpegang pada kran sehingga kami terpeleset dan hampir jatuh di bawah shower kamar mandi. Batangku yang sudah lepas dari vagina Rina dan masih menetes cairan dari batangku, dengan sisa tenaga kugendong tubuh Yarmi dan kami keluar dari kamar mandi menuju kamar tidur dan langsung ambruk ke tempat tidurku secara bersamaan.Aku terbangun sekitar jam 10.30 malam, itupun karena batangku sedang dikecup oleh Rina yang sedang membersihkan sisa-sisa cairan yang masih melekat pada batangku, Rina layak anak kecil menjilati es loli. Aku usap kepalanya dengan lembut. Setelah agak kering Rina bergeser sehingga muka kami berhadapan. Dia pun menciumi pipi dan bibirku."Pak.. Rina puas deh... batang Bapak nikmat sekali pada saat menyodok-nyodok memek Rina, Rina jadi kepingin tiap hari deh, apalagi di saat air hangat mengalir deras di rahim Rina... kalau Bapak gimana? Puas nggak.. sama Rina...?""Yar.. Bapak pun puas sekali.. Bapak senang bisa ngebongkar vagina Rina yang masih rapat.. terus terang... baru kali ini Bapak puas sekali bermain, sejak dulu sama istriku aku belum pernah puas seperti sekarang... makanya saya mau Rina siap kalau saya datang dan siap jadi istri kedua saya... gimana..?""Saya mah terserah Bapak aja.""Sekarang saya pulang dulu yach.. Rina... besok aku ke sini lagi...""Oke... Pak.. janji yach... vagina Rina maunya tiap hari nich disodok punya Bapak...""Oke.. sayang..."Kukecup pipi dan bibir Rina, aku mandi dan setelah itu kutinggal dia di apartemenku. Sejak itu setiap sore aku pasti pulang ke tempat Rina terlebih dahulu baru ke istriku, sering juga aku beralasan pergi bisnis keluar kota pada istriku, padahal aku menikmati tubuh Rina pembantuku yang juga istri keduaku.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home