Sunday, August 06, 2006

Semarang, Kota Kenangan

Di perempatan jalan menuju Sukabumi, mobilku terhalang Angkot yang berhenti seenaknya mencari penumpang. Bahkan supirnyapun tidak berada di belakang kemudi. Kutekan klakson berulang-ulang, sambil berusaha mencari celah untuk melepaskan mobilku dari keruwetan itu. Hampir berhasil ketika aku dikagetkan oleh suara klakson dari sebelah kanan. Kutahu pasti berasal dari Angkot yang berhenti itu. Kurang ajar, sudahlah menghalangi jalan, masih berani pulak membunyikan klakson. Niatku untuk memaki seketika pudar setelah melihat senyum manis dari seorang gadis dalam Angkot tersebut. Sambil berulang-ulang menekan tombol klakson, mereka seperti berusaha untuk bertanya melalui gerakan jari dan tangan. Sadar telah berhasil menarik perhatianku, wanita itu mengeluarkan kepalanya lewat jendela dan bertanya, "Mau ke Semarang ya Om. Boleh ikut?"Sejenak aku bimbang antara membolehkan atau menolak. Beberapa pertanyaan lain juga berkelebat dalam pikiranku: Apakah mereka baik-baik? Akankah mereka merampokku? Akankah mereka menyusahkanku? selain pikiran-pikiran nakalku setiap melihat wanita.Akhirnya pikiran nakal dan jiwa petualangku yang menang. Kupinggirkan mobilku sambil menekan tombol Central Lock. gadis itupun masuk, sambil menyodorkan tangan untuk bersalaman. Kamipun saling berkenalan dan bertukar nama. Yang seorang bernama Rita Perjalananku menjadi meriah dan ramai.. Dasar pikiran kotor, sesekali kulontarkan kalimat-kalimat yang agak menjurus, yang dibalas dengan cubitan-cubitan. Pembicaraan semakin panas saat aku berhasil membuat dia bercerita pengalaman saat berpacaran. Rita, yang menurutku lebih manis dan seksi, baru saja putus dari pacarnya yang Mahasiswa, Dari cara duduknya yang gelisah, aku tahu kalau Rita yang kebetulan berada di bangku depan terpengaruh oleh ceritaku. Kupegang tangannya sambil kogoda, "Kenapa? Pengen ya?" Sambil tersipu-sipu dan berusaha menyangkal, Rita mencubiti aku di beberapa bagian badanku. Kutangkap tangannya dan berkata, "Awas lho, kalo sampai kena 'itu' bisa bahaya." "Itu apa?" tanyanya sambil terus mencubit. Pikiranku semakin kacau.Di kota Semarang, kubelokkan mobilku ke sebuah rumah makan. Turun dari mobil, kugandeng Rita, tidak bereaksi. Kurangkul Rita, tidak keberatan. Beberapa pasang mata pengunjung yang melihat kami dengan terheran-heran, tidak kami indahkan. Kami sepakat untuk memesan Sate Kambing sebagai makan malam. Sambil menunggu pesanan datang, kugoda mereka, "Awas lho, abis makan Sate Kambing biasanya pengen nanduk." Pikiranku terus mencari jalan, bagaimana caranya membawa mereka Rita ke tempat tidur. Jalan ke arah sana kelihatannya sudah agak terbuka, tapi bagaimana kalau Rita menolak? Lalu kabur? Lalu melaporkanku pada pihak berwajib? Bisa runyam. Ini adalah satu cara untuk membuktikan cerita teman-temanku tentang gadis-gadis dari kota tempat asal mereka yang katanya "agak nakal". Kuhabiskan makanku dengan cepat, lalu kugoda Rita, Kugelitik pinggang Rita, kuelus leher Rita, seakan tidak sengaja, kusenggol payudara Rita, dan kuletakkan kedua tanganku di kedua paha yang ada di kanan kiri tempatku duduk. Walau Rita berusaha mengelak, tapi tidak terlihat keberatan atau marah. Rita tertawa sambil tersipu-sipu dan kadang membalas. Membuat pikiranku semakin tidak menentu.Kembali ke lalu lintas jalan, aku terus berpikir. Kota Semarang semakin dekat, tapi belum juga ketemu akal yang jitu, bagaimana ini?Segera kubelokkan mobilku ke kiri, lalu kuikuti liku-liku jalan menuju ke tempat itu. Perlahan mulai terlihat beberapa penginapan di kiri kanan jalan. Aku masih khawatir, kalau kubelokkan mobilku masuk ke salah satunya, akankah Rita akan protes?Saat kulihat penginapan "Se....." yang agak terpisah dari yang lain, nekad kubelokkan mobilku memasuki halamannya. "Kita istirahat dulu ya, capek," kataku sambil keluar dari mobil menuju ruang Receptionis. Setelah membereskan administrasi dan langsung membayar penuh, aku kembali ke mobil sambil membawa kunci kamar. Penginapan ini memungkinkan mobil parkir pas di depan pintu. Kuparkir mobilku, kupastikan semuanya aman, lalu kamipun turun. Kuperhatikan muka mereka, agak kikuk tetapi tetap tidak terlihat menolak. Langkahku tinggal sedikit lagi.Kamar yang kami masuki cukup besar. Ini adalah kamar termahal di penginapan ini. Terdiri dari 2 tempat tidur berukuran nomor 2, ada TV 21 Inchi, ada kamar mandi dengan air panas, tetapi tanpa AC. Bisa dimaklumi karena udara sekeliling sudah sangat dingin. Kukatakan pada mereka, bahwa Rita tidur di satu tempat tidur denganku "Jangan saling mengganggu ya," kataku pada mereka. Kubuka tasku, kuambil perlengkapan mandi, dan juga piyama. Bersama dengan gadis yang bukan muhrimku? Tapi setan nafsu ternyata lebih kuat. Akupun mandi dengan gejolak dan birahi yang sangat tinggi. Kemaluanku mengacung besar dan keras, ingin diremas, dihisap, lalu masuk ke rongga empuk yang basah dan hangat. Ach, pasti sangat menyenangkan. Kubersihkan dan kusegarkan seluruh tubuhku dengan air hangat. Selesai berhanduk, kusapukan pewangi yang menurutku baunya sangat maskulin ke sekujur tubuhku, termasuk di sekitar kemaluanku. Tanpa mengenakan pakaian atasan, akupun keluar kamar mandi sambil mengeringkan kepalaku yang berambut cepak dengan handuk. Kubiarkan kedua gadisku melihat otot dan dadaku yang lumayan kekar dan bidang, walaupun tidak dilatih. Dengan sudut mata, kulihat bahwa Rita terpesona melihat pemandangan yang kusodorkan. Sambil pura-pura protes, kutegur mereka, "Heh!! Bengong aja. Udah sana mandi! Pakai bajuku nich, daripada terus-terusan pakai seragam itu. Kotor khan?" Kulemparkan pada mereka 2 buah Sweater, yang berbentuk leher V. Aku membayangkan, dengan baju hangatku yang pasti kebesaran untuk mereka, dada beserta garis payudara pasti akan terlihat menggemaskan. Seperti terkaget, mereka melompat dari tempat tidur menuju kamar mandi.. Kuhidupkan TV, lalu kubaringkan tubuhku di tempat tidur sambil membayangkan 2 tubuh telanjang yang sedang berlumuran sabun di dalam sana. Kemaluankupun semakin besar, keras dan berdenyut-denyut.Aku hampir tertidur saat Rita keluar dari kamar mandi, sambil menenteng seragam. Sempat kulihat bahwa Rita tidak lagi menggunakan BH, tapi mungkin masih menggunakan celana dalam. Sayang sekali. Pasti baunya akan menempel kembali ke kemaluan Rita. Setelah menggantungkan baju seragam di lemari, Rita naik ke tempat tidur, masuk ke bawah selimut. Muka Rita yang sudah bersih dan segar semakin merangsang. Aku harus berhasil meniduri Rita malam ini, tekadku dalam hati.Aku dan mereka sama-sama diam, sambil menatap TV walaupun aku yakin, pikiran mereka sama dengan pikiranku, tidak tertuju ke tayangan Angin Malam. Suasana di luar sangat sepi, membuat suasana semakin sunyi. Detak jantungku semakin keras, pikiranku semakin tidak menentu, sementara kemaluanku semakin mengeras, besar dan berdenyut. Aku masih khawatir. Akankah mereka teriak? Akankah mereka melawan? Ach, kalau tidak dicoba, bagaimana bisa tau? Kulemparkan bantal ke arah mereka, sambil berkata, "Hey, koq pada diem?" "Abisnya harus ngapain?" tanya mereka. Sambil kurentangkan tangan, aku berkata dengan sedikit nekad, "Mending ke sini yuk, biar anget." Tanpa kusangka, mereka berhamburan naik ke tempat tidurku. Rita. Perlahan tanganku mengelus rambut Rita yang basah (rupanya Rita keramas tadi di dalam), turun ke telinga, leher, tangan, dan dengan sangat perlahan, tanganku yang sudah sangat berpengalaman ini mengarah ke payudara. Sentuhan perlahan dan hati-hati, perlahan menuju ke puncak, ke tonjolan yang semakin lama semakin keras. Kujepit dengan kedua jariku sambil kupelintir perlahan. Desahan mulai terdengar dari mulut Rita. Kulihat mata Rita terpejam, dengan bibir mungil yang terbuka sedikit, membuatku semakin terangsang. Kucium kening Rita, perlahan turun ke mata, hidung, sampai ke bibirnya. Mulutnya yang wangi pasta gigiku itu kemudian kuciumi. Dengan perlahan dan hati-hati, kutelusuri bibir dan giginya dengan lidahku, lalu kumasukkan lidahku ke dalam mulutnya. Dia semakin mendesah dan menggelinjang. Kedua tangannya memelukku erat. Sementara itu, Kuelus rambutnya, belakang lehernya, dan belakang telinganya. Tangannya yang bebas mengelus dadaku, turun ke kedua putting dadaku, lebih turun lagi, dan dengan berani menyelusup ke bawah karet celana piyamaku. Aku sengaja tidak memakai celana dalam, supaya praktis pikirku. Berani sekali dia. Elusan tangannya yang halus di permukaan batang kemaluanku, membuatku semakin bernafsu. Kepalanya yang menghadap ke bawah perlahan turun. Diturunkannya celana piyamaku, dan perlahan diciumnya kepala batang kemaluanku. Dijilatnya perlahan, kemudian dimasukkan ke dalam mulutnya yang kecil. Gesekan naik turun membuatku terpaksa mengangkat pinggangku ke atas. Dan itu dipergunakan Rita untuk melepaskan celanaku sama sekali. Batang kemaluanku yang besar dan keras itu mengacung gagah, bebas lepas. Kuhentikan ciumanku, lalu kubuka Sweater yang dikenakan Rita. Hal yang sama kulakukan juga pada Nyai, sebelum aku sendiri membuka piyama atasku. Aku sudah telanjang bulat sekarang, sedangkan mereka berdua masih bercelana dalam. Tidak salah dugaanku.
Kurebahkan Euis, kemudian dengan rakus kukulum putting payudaranya yang belum terlalu besar. Kugigit perlahan, kutarik dan kuhisap kuat, membuat Rita sedikit berteriak. dan perlahan kucoba untuk menusukkan jariku itu ke dalam kemaluannya. Rita menghindar, dan berkata pelahan, "Jangan Kang." Dia benar-benar masih perawan karena jariku tidak bisa masuk, terhalang oleh selaput daranya.Rita mendesah tidak karuan, kemudian mengangkat pinggulnya tinggi-tinggi sebelum terhempas diam. Dia sudah sampai di puncak kenikmatannya. Kutinggalkan Rita telentang diam Kepalanya mendongak karena berada di ujung bawah tempat tidur, sedang tangannya sibuk meremas-remas kepalaku yang cepak. Kumasukkan jari tengahku, bisa masuk. Kubengkokkan dan kutelusuri bagian atas kewanitaannya. Aku mencari daerah yang menurut istriku sangat nikmat bila disentuh. Kulihat gerakan perutnya semakin cepat, tanda bahwa titik itu sudah ditemukan. Kujilati klitorisnya sambil jari tengahku menekan-nekan bagian atas kewanitaannya yang hangat, basah dan lembut. Gerakannya semakin liar, semakin liar, sambil mulutnya mendesah kuat. Kuhentikan kegiatanku, lalu kudaki tubuhnya perlahan-lahan. Lima menit kami bertempur, membuat tubuh mungilnya basah oleh keringat. Kepalanya semakin liar menggeleng kekiri dan kekanan, sambil kukunya mencakar kasar punggungku. Aku yakin pasti menimbulkan luka. Mudah-mudahan bisa sembuh sebelum ketahuan oleh pacarku nanti. Dalam keadaan seperti itu, masih sempat aku teringat akan pacarku.Rita menggelepar kapayahan setelah melepas puncak kenikmatannya, kemudian telentang pasrah menerima terjangan dan tusukan yang semakin lama semakin cepat. Semakin cepat... semakin cepat... semakin cepat, dan dengan denyutan yang keras berirama, kemaluanku memuntahkan lahar putih kental yang banyak, ke atas perutnya. Pikiran jernihku masih bisa menahan untuk tidak ejakulasi di dalam. Akupun ambruk menimpa tubuh Nyai. Kukecup mulut mungilnya sambil berucap, "Terima kasih Rita, kamu hebat sekali." Dia tersenyum, menarik kepalaku, menciumku lalu berujar, "Ampun Kang, Rita nggak kuat. Terima Kasih juga."Aku bangkit berdiri, masuk ke kamar mandi membersihkan diri. Satu kebiasaan yang selalu kulakukan setiap kali selesai bersetubuh. Kubersihkan kemaluanku yang masih basah oleh lendir. Kepalanya yang merah keunguan, sudah mulai mengecil. Nafsu birahiku sudah lepas seiring dengan lepasnya sperma. Kepalaku serasa enteng, dan mulai bisa berpikir jernih, dan mulai lagi berandai-andai. Pikiran Negatif selalu ada, dan itulah yang mungkin membuatku selalu selamat dalam petualanganku selama ini.Kembali ke kamar tidur, kulihat Rita sudah masuk ke bawah selimut. Ternyata ketenanganku hanya bertahan sebentar. Terangsang aku melihat Rita tidur pelan –pelan aku naik keranjangnya. Rupanya dia terbangun karena aktifitasku ini. Kulumat mulutnya, yang mendapat perlawanan setimpal darinya. Tangannya yang satu mengelus dadaku, perlahan turun ke bawah. Berani juga anak ini, mungkin belum tau apa akibat yang akan ditimbulkannya. Tangan kiriku mengelus dadanya, kemudian meremas payudaranya. Desahannya semakin kuat. Kipindahkan mulutku perlahan ke dadanya, kemudian kuhisap kuat payudaranya sambil kupelintir putingnya dengan lidahku. Kepalanya mendongak ke atas menahan nikmat. Kutindih tubuh mungilnya, lalu perlahan kutelusuri tubuhnya ke arah bawah. Pusarnya kujilat membuat Rita menggelinjang kegelian. Kuteruskan penelusuranku semakin ke bawah, sampai ke kemaluannya yang sudah kembali basah. Kujilat klitorisnya yang menonjol keras, membuat kepalanya bergerak liar ke kiri ke kanan. Tidak mau rugi, akupun merubah posisi hingga mulutnya bisa bermain di kemaluanku. Tapi rupanya dia belum terbiasa, hingga diam saja. Kuantar dia sampai ke puncak kenikmatannya yang pertama, yang membuat Rita memelukku dengan kuat dan berbisik, "Nikmat sekali kang." Merasa mendapat "angin", kubisikkan ketelinganya, " Rita sayang, boleh dimasukkan?" Dia menatapku lekat-lekat, membuatku ragu. Tapi dengan tidak ada reaksi lainnya, dalam hati kuyakinkan bahwa dia tidak menolak. Akupun kembali bergerilya dengan mulutku, mulai kedua payudara, sampai ke kemaluannya. Kubuat ia hampir sampai puncak selanjutnya, sebelum kuhentikan. Itu adalah satu rahasia kecil untuk membuat seorang wanita ketagihan dan mau menyerahkan segalanya. Saat hampir sampai, hentikan. Seakan dia akan memelas dan mau berbuat apapun agar kita memuaskannya. Kucium bibirnya sambil salah satu tanganku membimbing batang kemaluanku menuju ke liang senggamanya. Rita menatapku lekat-lekat, tetapi tidak berkata apa-apa. Perlahan kudorong, memasukinya. Baru kepalanya, kepala Rita sudah mendongak ke atas, Dia hanya telentang pasrah menerima genjotanku. Akupun tiba-tiba punya ide yang lebih gila, aku ingin ejakulasi di mulutnya. Ide itu membuatku cepat sampai ke puncak. Dan sebelum sempat memuntahkan lahar, kukeluarkan lalu kumasukkan ke dalam mulut mungilnya yang terbuka. Dia kaget, tetapi tidak dapat berbuat apa-apa. Tidak lama, akupun memuntahkan cairan kental dan putih itu dalam mulutnya, yang segera dimuntahkannya ke lantai. Segera kupeluk Rita, sambil kuciumi dan kuusap ubun-ubun kepalanya.. "Terima Kasih Rita," kataku. Dia diam saja, tapi balas memelukku erat. Esok harinya, kami baru terbangun saat matahari sudah tinggi. Kupeluk Rita sambil kutanyakan, "Mau lagi?" Rita menggeleng pelan,. Ya sudah, setelah Rita mandi membersihkan diri, kamipun meninggalkan penginapan itu. Pada saat Rita mandi, diam-diam kusisipkan lima lembar seratus ribuan ke dalam masing-masing tas sekolahnya.

3 Comments:

At 6:16 PM, Anonymous Anonymous said...

' SELAMAT DATANG DI TOKO ONLINE OBAT ABORSI BERGARANSI PENUH "
' AHENG SHOP "
Call 085727236444 BBM : KONFIRMASI ADMIN


CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN
OBAT ABORSI CYTOTEC AMPUH
JUAL SEGALA PRODUK OBAT KUAT

SIAP MEMBANTU MENGATASI MASALAH KEHAMILAN ANDA SAMPAI BENAR-BENAR TUNTAS.

FORMAT PEMESANAN OBAT ABORSI .

NAMA:…
ALAMAT:…
NAMA PAKET OBAT ABORSI:..
NO HP:…

CONTOH Format Pemesanan Obat Aborsi Telat Bulan SMS bebas, tidak perlu takut salah:

NAMA: Sajid Arifin
ALAMAT: SURABAYA, Jl. Kartini. No 34. SBY.
NAMA PAKET OBAT: PAKET OBAT ABORSI usia 1-5 Bulan.
NO HP: 0813xxx……
PEMBAYARAN MINTAK NO REK BANK Mandiri.

Untuk Pembayara Kami Hanya Menggunakan DUA Rek Bank Yaitu:
Bank Mandiri:
Bank Bri:..

 
At 7:40 AM, Blogger Unknown said...

This comment has been removed by the author.

 
At 7:44 AM, Blogger Unknown said...

Blue Wizard Obat Perangsang Semarang
Obat Perangsang Potenzol Di Semarang
Sex Drop Obat Perangsang Di Semarang

 

Post a Comment

<< Home